Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Bila Dana Pas-pasan, Beli Mobil Jangan Paksakan

27 Desember 2023   05:06 Diperbarui: 27 Desember 2023   05:08 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjualan mobil bekas | dok. CNBC Indonesia/Andrean Kristianto

Banyak orang yang belum begitu lama bekerja di sebuah perusahaan atau di sebuah instansi, sudah mampu membeli kendaraan roda empat.

Soal apakah mereka betul-betul membutuhkan mobil, tidak begitu dipertimbangkan. Yang penting punya mobil karena ingin dianggap sudah berhasil.

Ya, mobil bisa dianggap salah satu simbol keberhasilan. Mereka yang punya mobil merasa sudah naik kelas, satu kelas di atas mereka yang hanya punya motor, atau tak punya kendaraan sama sekali.

Anggapan seperti itu tentu sah-sah saja, sepanjang keputusan membeli mobil tersebut dilakukan secara rasional.

Lho, memangnya ada yang membeli mobil tanpa pertimbangan yang matang? Kalau diamati secara cermat, sebetulnya tidak sedikit orang yang punya mobil tapi terkesan dipaksakan.

Ada yang memaksakan diri mengambil kredit kendaraan, baik di bank atau melalui perusahaan multifinance (pembiayaan).

Ternyata, kemudian disadarinya bahwa dananya sangat pas-pasan untuk cicilan mobil setiap bulannya. 

Akhirnya, setelah membayar cicilan mobil, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari jadi ngos-ngosan. 

Akibatnya, jika ada pengeluaran penting yang tidak terduga sebelumnya, ia betul-betul tidak punya dana lagi.

Jelaslah, contoh di atas memperlihatkan punya mobil belum tentu membuat kehidupan lebih nyaman, karena ada sesuatu yang dikorbankan.

Banyak pula yang memaksakan diri membeli mobil seken, karena belum mampu untuk membeli mobil baru.

Tapi, membeli mobil seken pun punya konsekuensi yang perlu diantisipasi. Biaya pemeliharaan mobil seken itu relatif berat.

Belum lagi biaya lain yang berkaitan dengan kendaraan, baik baru maupun bekas, perlu disediakan secara rutin.

Biaya dimaksud seperti biaya bahan bakar, ongkos parkir, tol, pak ogah, dan sebagainya. Ada lagi biaya yang dikeluarkan setiap tahun, yakni pajak kendaraan bermotor.

Sebagian orang membeli mobil bukan untuk dipakai setiap hari ke tempatnya bekerja, tapi hanya digunakan setiap akhir pekan atau untuk kegiatan insidentil.

Ada lagi yang karena terdesak kebutuhan dana, kemudian terpaksa menjual kendaraan roda empatnya.

Namun perlu diingat, harga mobil yang sudah dipakai cepat sekali mengalami penurunan, berbanding terbalik dengan harga tanah.

Makanya, kalau ada yang boleh sedikit dipaksakan, termasuk dengan cara kredit, sebaiknya itu dilakukan untuk membeli rumah.

Masalahnya itu tadi, semakin terlambat membeli rumah, harganya semakin gila-gilaan dan mungkin tidak akan pernah terjangkau lagi.

Jika dana sudah berlebih setelah menyisihkan untuk dana darurat, baru kondusif untuk membeli mobil. 

Itupun dengan mempertimbangkan bahwa mobil itu memang diperlukan untuk mendukung kegiatan sehari-hari.

Bagi mereka yang berdomisili di Jakarta, sekarang ini sebetulnya naik kendaraan umum sudah semakin nyaman dibanding kondisi di masa lalu.

Bus Transjakarta, angkot Jak Lingko, kereta api komuter, termasuk LRT dan MRT, bisa menjadi pilihan dengan tarif yang murah dan tidak macet karena punya jalur khusus.

Jika sesekali butuh kendaraan roda empat layaknya mobil pribadi, toh bisa memesan secara online. 

Kesimpulannya, jangan membeli mobil sekadar karena ingin gengsinya naik, tapi dengan memperhatikan ketersediaan dana dan frekuensi pemakaiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun