Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Gubernur Menggendong Ibunya, Kisah yang Menyentuh

24 November 2023   09:19 Diperbarui: 24 November 2023   10:26 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Sumbar Mahyeldi menggendong ibunya ke mobil|dok. IST, dimuat jernihnews.com

"Mau kita bekerja sebagai apa pun, jabatan apa pun, dan sesibuk apa pun, soal orang tua tetap di atas segala itu. Bakti kepada orang tua harus diutamakan. Sebab ridha Allah itu ada dalam ridha orang tua."

Itulah kalimat yang sangat menyentuh perasaan dan diucapkan oleh orang nomor satu di Sumatera Barat. Nama sang gubernur adalah Mahyeldi Ansharullah.

Maka, coba lihat foto di atas. Kejadiannya adalah ketika Amak (panggilan terhadap ibu dalam bahasa Minang) dari Mahyeldi sudah boleh pulang sehabis dirawat di RSUP Dr. M. Djamil, Padang (16/11/2023).

Seperti yang diberitakan jernihnews.com (17/11/2023), Mahyeldi menggendong sendiri amak ke dalam mobil, saat menjemput ke RS dan membawa pulang ke Gubernuran.

Bahkan, Mahyeldi punya kebiasaan lain yang tak kalah menyentuh, yakni menyuapkan langsung makanan ke mulut ibundanya tercinta.

Jika Mahyeldi di akhir pekan pulang ke kampungnya dari Padang ke Bukittinggi, ia akan membeli makanan kesukaan amak dan kemudian meyuapkan makanan itu.

Tulisan ini tidak akan mengelaborsi lebih lanjut tentang sosok Mahyeldi, karena khawatir dinilai sebagai bentuk dukungan atau apalah namanya di tahun politik ini.

Yang ingin disampaikan adalah betapa mulianya tindakan seseorang, terlepas dari siapa yang melakukannya, yang tulus ikhlas menghormati dan melayani orang tuanya.

Mau pejabat atau rakyat biasa, orang yang melayani orang tuanya dengan setulus hati, perbuatannya itu layak kita teladani.

Kata orang, siklus kehidupan selalu berulang. Ketika kita kecil kita yang digendong dan disuapi orang tua. Ketika orang tua tak lagi berdaya, kita lah seharusnya yang menggendong dan menyuapinya.

Betapa terkutuknya kalau kita bersikap seperti kisah Malin Kundang, yang merupakan cerita rakyat yang sangat populer di Sumatera Barat.

Malin Kundang yang sukses besar di tanah perantauan, betul-betul ingin menghapus jejaknya sebagai anak kampung dari seorang ibu yang tak berpunya.

Karena melihat ibunya yang lusuh, Malin malah tidak mengakui ibunya itu. Malin anak durhaka, akhirnya dikutuk ibunya menjadi batu.

Dalam masa modern sekarang ini, meskipun tidak separah kelakuan Malin Kundang, dengan alasan sangat sibuk banyak pula pejabat atau pengusaha kaya yang jarang berinteraksi dengan orang tuanya.

Bahwa si orang kaya itu mengirim uang banyak atau membangunkan rumah mewah untuk orang tuanya, tentu baik-baik saja.

Bahkan, orang tua yang anaknya kaya akan punya banyak asisten rumah tangga, ada yang khusus menyuapi makanan, ada yang khusus membimbing atau mendorong kursi roda.

Tapi, sesungguhnya bukan materi atau menyediakan pembantu yang sangat diperlukan orang tua. Kedekatan secara fisik dan berbincang-bincang langsung lebih dibutuhkan.

Mungkin kita bosan mendengar orang tua bertanya secara berulang-ulang kepada kita. Namun, persis itulah yang kita lakukan saat kita masih balita kepada ibu dan ayah kita.

Ayo, bagi kita yang masih punya ibu dan ayah, atau punya salah satu di antaranya, jangan buang percuma kesempatan yang masih tersisa.

Lakukan sesuatu dengan ikhlas persis seperti orang tua kita melakukannya saat kita masih berusia balita.

Anggaplah kita sekarang sudah hidup mapan. Tapi, jangan risih dengan penampilan orang tua kita yang sudah keriput dan sangat ndeso. 

Justru kita harus bangga, seorang ibu yang orang kampung dan hidup sangat sederhana, berhasil membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi anak-anak yang sukses.

Coba lihat lagi foto di atas. Mohon maaf, amak sang gubernur terlihat sebagai amak-amak yang biasa saja di kampung-kampung.

Namun jangan tanya ketangguhan amak tersebut, buktinya beliau berhasil "mencetak" seorang gubernur yang santun.

Ingat, kita tidak akan menjadi seperti sekarang ini tanpa peran orang tua kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun