Malin Kundang yang sukses besar di tanah perantauan, betul-betul ingin menghapus jejaknya sebagai anak kampung dari seorang ibu yang tak berpunya.
Karena melihat ibunya yang lusuh, Malin malah tidak mengakui ibunya itu. Malin anak durhaka, akhirnya dikutuk ibunya menjadi batu.
Dalam masa modern sekarang ini, meskipun tidak separah kelakuan Malin Kundang, dengan alasan sangat sibuk banyak pula pejabat atau pengusaha kaya yang jarang berinteraksi dengan orang tuanya.
Bahwa si orang kaya itu mengirim uang banyak atau membangunkan rumah mewah untuk orang tuanya, tentu baik-baik saja.
Bahkan, orang tua yang anaknya kaya akan punya banyak asisten rumah tangga, ada yang khusus menyuapi makanan, ada yang khusus membimbing atau mendorong kursi roda.
Tapi, sesungguhnya bukan materi atau menyediakan pembantu yang sangat diperlukan orang tua. Kedekatan secara fisik dan berbincang-bincang langsung lebih dibutuhkan.
Mungkin kita bosan mendengar orang tua bertanya secara berulang-ulang kepada kita. Namun, persis itulah yang kita lakukan saat kita masih balita kepada ibu dan ayah kita.
Ayo, bagi kita yang masih punya ibu dan ayah, atau punya salah satu di antaranya, jangan buang percuma kesempatan yang masih tersisa.
Lakukan sesuatu dengan ikhlas persis seperti orang tua kita melakukannya saat kita masih berusia balita.
Anggaplah kita sekarang sudah hidup mapan. Tapi, jangan risih dengan penampilan orang tua kita yang sudah keriput dan sangat ndeso.Â
Justru kita harus bangga, seorang ibu yang orang kampung dan hidup sangat sederhana, berhasil membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi anak-anak yang sukses.