Narkoba merupakan singkatan dari "narkotika, psikotropika, dan obat terlarang". Istilah narkoba sudah sangat dikenal oleh semua orang sebagai sesuatu yang harus dihindari.
Kenapa harus dihindari? Karena bahayanya terlalu besar, bahkan nyawa si pemakai narkoba menjadi taruhannya.Â
Bukan hanya nyawa si pengguna, tapi karena bisa memicu terjadinya aksi kriminal, nyawa orang lain yang tak berdosa bisa melayang.
Kalaupun bukan karena aksi kriminal, bisa juga karena kecelakaan. Bukankah sudah sering terjadi, pengendara yang mabuk karena efek narkoba bisa mencelakai pengendara lain?
Yang lebih parah lagi, mereka yang kecanduan, tak segan mencari uang haram demi mendapatkan narkoba, antara lain dengan tindakan pencurian atau sejenisnya.
Jadi, sebelum mendapatkan narkoba, seseorang bisa melakukan tindak kriminal, setelah menggunakan pun bisa melakukan hal yang sama.
Tak kurang-kurang sosialisasi yang dilakukan berbagai pihak, terutama yang ditujukan bagi anak muda dan remaja, agar menjauhi narkoba.
Tapi, tetap saja ada sebagian remaja yang awalnya sekadar mencoba, lalu ketagihan. Atau, awalnya dijerumuskan teman, kemudian jadi kecanduan.
Jelaslah, pengedar narkoba menjadi target dari Badan Narkotika Nasional (Badan Narkotika Nasional) untuk diburu dan dihabisi praktik pengedarannya.
Masalahnya, si pengedar punya berbagai modus dalam memasarkan narkoba dari pihak produsen ke pihak konsumen (pengguna narkoba).
Modus unik penjualan narkoba baru saja diungkap oleh pihak kepolisian. Hal ini berawal dari adanya penawaran keripik pisang berharga jutaan rupiah di media sosial (Detik.com, 5/11/2023).
Pengungkapan itu sesuai yang dinyatakan Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada dengan memperlihatkan barang bukti di Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta, Jumat (3/11/2023).
Untuk menyamarkan barang haramnya, komplotan yang telah ditangkap itu mencampur narkoba dengan makanan dan menjualnya dalam bentuk keripik pisang.
Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada menyebut kasus itu diketahui dari beredarnya penawaran keripik pisang dengan harga tinggi di media sosial. Hal itu membuat polisi merasa curiga dan menelusurinya.
Tak bisa lain, melihat begitu kreatifnya komplotan yang memproduksi dan mengedarkan narkoba, kecanggihan aparat yang berwenang juga harus ditingkatkan.
Bagi masyarakat, perlu kewaspadaan tingkat tinggi. Terlalu banyak modus penjualan narkoba, jangan sampai membuat kita atau anak-anak kita tertipu.
Dulu ada permen yang mengandung narkoba, ada lagi narkoba yang disembunyikan dalam buku cetak yang dibolongi di bagian tengahnya.
Harapan kita, semua lapisan masyarakat harus bahu membahu menyelamatkan anak-anak kita sebagai pemilik masa depan.
Kita jangan hanya menyerahkan kepada pihak kepolisian atau tenaga keamanan, sebagai aparat yang berwenang untuk melakukan tindakan represif.
Tapi, tindakan preventif atau pencegahan jauh lebih penting. Orang tua harus lebih aktif memantau aktivitas anaknya. Demikian juga pihak sekolah terhadap muridnya.
Menyelamatkan anak-anak dari ancaman narkoba sama dengan menyelamatkan masa depan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI