Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

BI Naikkan Suku Bunga, Siapa Untung Siapa Buntung?

20 Oktober 2023   10:49 Diperbarui: 20 Oktober 2023   10:49 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suku bunga naik dalam grafik|dok. Shutterstock/Janews, dimuat Kompas.com

Setelah 8 bulan Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter di negara kita mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen, akhirnya BI membuat kejutan.

Kejutan dimaksud, seperti ditulis Kompas.com (20/10/2023), di luar ekspektasi, BI memutuskan untuk mengerek suku bunga acuannya.

Hal itu sesuai dengan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang dilakukan pada tanggal 18 dan 19 Oktober 2023, suku bunga acuan dinaikkan sebesar 0,25 persen, sehingga menjadi 6 persen.

Kenapa disebut sebagai di luar ekspektasi? Barangkali karena selama ini, paling tidak dalam 8 bulan terakhir, BI demikian percaya diri dengan tetap mempertahankan suku bunga.

Namun, demi "menyelamatkan" rupiah, mengingat rupiah semakin melemah terhadap sejumlah mata uang asing, pilihan menaikkan suku bunga wajar dilakukan.

Seperti diketahui, sekarang ini 1 dollar AS sudah dihargai setara Rp 15.800, dan kalau dibiarkan, bisa-bisa menembus angka Rp 16.000.

Misalnya suku bunga tidak dinaikkan, mereka yang mempunyai dana dalam rupiah diduga akan buru-buru mengkonversinya menjadi dana dalam mata uang asing.

Soalnya, mereka takut menahan rupiah jika nilainya makin terpuruk dan lebih yakin memegang uang asing.

Pesatnya dinamika global menjadi pertimbangan BI kenapa akhirnya memilih menaikkan suku bunga, seperti dikatakan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo.

Dinamika tersebut antara lain ditandai oleh meletusnya perang antara Israel dan Hamas, yang berimbas pada naiknya harga minyak global dan harga pangan dunia.

Lagipula, suku bunga di pasar global masih cenderung tinggi. Bahkan, obligasi pemerintah AS berjangka waktu 10 tahun, meningkat menjadi 4,8 persen.

Jika suku bunga di AS meningkat, investor asing yang selama ini membeli obligasi pemerintah Indonesia dan juga membeli saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), cenderung untuk menjualnya.

Makanya, jangan heran kalau sejumlah saham unggulan di BEI harganya cenderung turun, karena aksi jual investor asing. Mereka menjual, antara lain agar bisa membeli obligasi pemerintah AS.

Perlu diketahui, suku bunga acuan BI tersebut, sesuai dengan namanya, menjadi acuan bagi bank-bank di negara kita dalam menetapkan suku bunga.

Berbicara mengenai suku bunga bank, artinya berbicara atas 2 kelompok kepentingan yang saling bertolak belakang. 

Jadi, kenaikan suku bunga akan membawa konsekuensi adanya kelompok yang beruntung, dan juga ada kelompok yang dirugikan alias buntung.

Nasabah bank yang menyimpan dana dalam bentuk deposito menjadi salah satu pihak yang beruntung, karena imbal hasil yang diterimanya akan meningkat.

Mereka yang membeli Surat Berharga Negara (SBN) seperti Obligasi RI, Sukuk, dan sebagainya juga menjadi bagian kelompok yang beruntung.

Ada SBN yang bunganya fixed (tetap), tapi ada yang floating (bunganya naik bila suku bunga acuan BI naik). Jelas, pemegang SBN yang floating diuntungkan.

Bulan November 2023 ini, pemerintah berencana akan menerbitkan SBN lagi, yang terakhir untuk tahun 2023. Diperkirakan suku bunganya akan lebih tinggi dari SBN yang terbit sebelumnya.

Intinya, mereka yang kelebihan dana akan menyambut gembira kenaikan suku bunga acuan BI tersebut di atas.

Namun, mereka yang kekurangan dana sehingga meminjam ke bank, akan menjadi bagian dari kelompok yang buntung. 

Dengan kenaikan suku bunga kredit, tentu cicilan yang harus dibayar para nasabah peminjam akan lebih besar daripada sebelumnya.

Akibat lanjutannya, karena biaya bunga bagi pelaku usaha yang menerima kredit bank meningkat, diperkirakan harga barang dan jasa pun ikut meningkat.

Kalau begitu, persoalan kenaikan suku bunga bukan soal yang sederhana. Masyarakat menengah ke bawah bisa menjerit bila harga-harga melejit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun