Istilah starling sendiri hanya sekadar plesetan saja, biar manis dilafalkan dan enak didengar, daripada dinamakan sebagai kopi keliling.
Uniknya, pedagang starling banyak yang tidak tahu kalau pelanggannya menamakannya sebagai pedagang starling.Â
Di Jakarta dan kota-kota sekitarnya, tak terhitung lagi pelaku usaha starling. Di mana ada orang ramai, si pedagang akan mangkal sejenak.
Demikian pula di berbagai proyek pembangunan. Biasanya saat beristirahat sejenak, para buruh proyek akan ramai-ramai minum kopi starling.
Usaha Starling kelihatannya gampang, hanya sekadar berkeliling. Begitu ada pelanggan, tinggal menyeduh kopi sasetan saja.
Tapi, kalau diamati dengan cermat tidaklah segampang itu. Mengayuh sepeda berkeliling kota dengan beban berat, jelas butuh kekuatan fisik.
Ada juga pedagang starling yang bisa menghemat tenaga dengan memberikan nomor ponselnya kepada para pelanggan.
Jadi, begitu ada yang memesan, baru si pedagang bergerak ke tempat pelanggan. Bukan hanya orang lewat, karyawan mal pun tak sedikit yang jadi pelanggan starling.
Bukankah tak semua karyawan mal bergaji besar? Tak semuanya mampu minum kopi Starbucks, meskipun ada gerai Starbucks di mal tempat mereka bekerja.
Rata-rata, harga kopi starling Rp 5.000 per gelas. Jika pelanggan minta kopi susu, tentu harganya lebih mahal, bisa mencapai Rp 10.000.
Dari pengalaman beberapa pedagang starling, keuntungan setiap harinya berkisar antara Rp 400.000 hingga Rp 700.000.