Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pedagang di Tanah Abang Menangis, Artis Jualan Laris Manis

16 September 2023   05:40 Diperbarui: 18 September 2023   05:09 4887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa kios di Blok B Pasar Tanah Abang yang telah ditutup, Selasa (12/9/2023)|dok. KOMPAS/Atiek Ishlahiyah Al Hamasy

Viral baru-baru ini soal suasana di pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara, yakni Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang sangat sepi pengunjung.

"Bagaimana ini Tanah Abang makin hari makin sepi pengunjung, makin tidak ada orang yang berkunjung ke pasar," kata seorang pria yang mengaku pedagang dalam sebuah tayangan video.

Hal itu terkonfirmasi dari liputan Harian Kompas, Kamis (14/9/2023), yang memuat foto sederet kios yang telah ditutup oleh pemilik atau penyewa kios tersebut.

Ya, jika kios tetap buka, padahal omzet penjualan menurun tajam, keuangan si pemilik akan semakin berdarah-darah. Soalnya, biaya operasional harian harus tetap keluar.

Ironis memang, bila selama ini di mata masyarakat ibu kota, Pasar Tanah Abang terkenal dengan hiruk pikuknya, ditingkah oleh suara lantang pedagang yang merayu pengunjung agar berbelanja.

Saking ramainya pasar tersebut, terutama pada hari-hari tertentu, pengunjung harus waspada terhadap para pencopet yang mengincar mangsa di tengah keramaian itu.

Liputan Kompas mengistilahkan Pasar Tanah Abang lagi diterpa badai yang menggoyahkan, tapi pusat grosir pakaian itu tidak sampai tumbang.

Menanggapi video curhatan pedagang yang viral di atas, pihak Perumda Pasar Jaya mengatakan bahwa Tanah Abang tidak seramai dulu, karena masa transisi dari pandemi ke endemi.

Pedagang di sana bukannya tidak mengikuti perkembangan zaman. Beberapa pedagang sudah mencoba ikut-ikutan live di media sosial, meniru yang dilakukan para selebriti.

Namun, nasib pedagang asli memang sangat jauh berbeda dengan sejumlah artis yang berjualan secara live di media sosial. Ada artis dalam 2 jam meraup cuan dalam jumlah sangat besar.

Padahal, artis-artis yang jualan secara live itu sudah bergelar "sultan" seperti pasangan suami istri Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

Selain itu, ada nama-nama terkenal antara lain Baim Wong, pasangan suami istri Ruben Onsu dan Sarwendah, Aurel Hermansyah, Natalie Holscher, dan Lesti Kejora (Okezone.com, 2/8/2023).

Jangan-jangan, dalam kondisi perkembangan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang ini, memang tidak kondusif bagi pedagang di pasar tradisional.

Namun, bagaimanapun mereka perlu gigih berjuang, agar dapurnya tetap berasap dan mampu memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Betul, pedagang konvensional perlu melakukan inovasi, seperti selalu mengikuti perkembangan teknologi dan juga mengikuti tren saat ini.

Jika pola berjualan melalui media sosial atau marketplace lagi disukai masyarakat, ya mereka pun harus mampu melakukannya.

Tapi, dominasi para selebriti di media sosial yang ikut-ikutan merambah profesi pedagang, membuat pedagang "asli" tak berkutik.

Lagipula, harga jual di media sosial atau marketplace terkadang seakan "membunuh" pedagang pasar, karena dijual murah dan gratis ongkos kirim.

Sebagai contoh, seorang pedagang mengatakan harga bahan gamis Rp 17.500 per meter, sedangkan gamis pemakaiannya bisa 2,5 meter hingga 3 meter. Belum lagi ditambah ongkos produksi.

Namun, di TikTok gamis dijual hanya Rp 44.900 dan gratis ongkir. "Masuk akal nggak," tanya seorang pedagang (Jawapos.com, 13/9/2023).

Edi (40 tahun), seorang pedagang di Tanah Abang, mengaku sengaja tak ikut-ikutan berjualan di media sosial, karena ia menjaul barang bermutu bagus dan harganya relatif mahal.

Menurut Edi, barang bagus sulit bersaing dengan barang lain yang dijual sangat murah di media sosial. Edi takut ditertawakan konsumen bila terjun ke bisnis online dengan harga tinggi.

Jika kondisi tak memungkinkan lagi untuk bertahan, Edi berencana pulang ke kampungnya di Sumatera Barat. Toko-toko yang sudah tutup, berarti mereka yang sudah tidak kuat, kata Edi.

Begitulah, di tengah para pedagang di Tanah Abang yang menangis, jualan para artis di media sosial malah laris manis.

Melarang para artis berjualan, tentu saja bukan cara yang bijak, meskipun pemerintah berwacana akan melarang berjualan di media sosial. 

Tapi, artis perlu diimbau untuk memberikan empati pada pedagang di pasar tradisional dengan berbagai cara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun