Artinya, dari analisis dan konsep yang dipahaminya, bagaimana si pelamar membuat strategi yang berguna untuk jangka menengah dan panjang.
Memang, kompetensi pemikiran hanya sebagian dari sejumlah kompetensi yang dibutuhkan seorang sarjana yang lagi berburu pekerjaan.
Namun, paling tidak, ketiga ukuran kemampuan berpikir di atas akan sangat mendukung saat seorang sarjana nantinya berkarier.
Jadi, kalau masih ada kampus yang tetap mewajibkan penulisan skripsi, tentu sah-sah saja, dan bahkan banyak manfaatnya.
Hanya saja, perlu dipikirkan pula bahwa sekarang ini ada beberapa faktor yang membuat penulisan skripsi terkadang tidak begitu efektif.Â
Keberadaan joki skripsi, atau bahkan ada biro jasa skripsi yang berpromosi di media sosial, telah "mencemarkan" kesakralan penulisan skripsi sebagai puncak karya seorang mahasiswa.
Apalagi, di era artificial intelligence sekarang ini, apa-apa bisa ditanya ke aplikasi seperti ChatGPT. Hal ini membuat karya manusia dan karya mesin susah dibedakan.
Nah, jika mahasiswa mampu membuat skripsi yang bagus tapi dibuatkan pihak lain, jelas mencerminkan integritas yang lemah.
Jika saat kuliah saja sudah membiasakan diri menempuh jalan pintas tanpa proses yang seharusnya, apalagi nanti waktu mereka jadi pejabat.
Dan ingat, dalam meniti karier, kompetensi integritas menjadi persyaratan mutlak, jauh lebih penting dari kompetensi pemikiran.
Celakanya, faktor kurangnya integritas dalam skripsi, dalam kasus lain ada pula yang melibatkan oknum dosen.Â