Bulan Agustus identik dengan berbagai acara perayaan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 2023 ini, RI genap berusia 78 tahun.
Kemeriahan acara Agustusan tidak hanya terasa meriahnya di Istana Kepresidanan di Jakarta atau di berbagai kota besar lainnya.
Justru, di berbagai penjuru tanah air, termasuk di daerah pelosok, juga tak kalah meriahnya. Dengan dana yang terbatas, semua daerah berlomba-lomba mengangkat acara semeriah mungkin.
Banyak acara yang bersifat perlombaan atau pertandingan. Ada pula yang berupa pentas seni dan budaya.
Pesertanya mulai dari anak-anak hingga kakek-kakek dan nenek-nenek. Pokoknya, semuanya meriah, heboh, unik dan penuh kreativitas.
Nah, salah satu acara yang boleh dikatakan ada di semua kota, bahkan juga di level kecamatan, adalah acara karnaval atau pawai.
Biasanya karnaval tersebut ada tim penilai untuk menentukan kelompok mana yang terbaik. Adapun yang berlomba, bisa antar sekolah, antar instansi, antar perusahaan, atau antar kampung.
Dalam karnaval, para peserta akan menampilkan berbagai kostum atau memerankan berbagai tokoh.
Ada kelompok yang berpakaian para pejuang kemerdekaan, dan ada barisan yang memerankan para pahlawan bangsa.Â
Selain itu, ada pula yang memerankan berbagai profesi, sebagai pertanda bahwa semua profesi itu berperan dalam pembangunan bangsa.
Yang juga selalu ada di setiap karnaval tujuh belasan, adalah kelompok yang memakai baju adat dari berbagai suku atau etnis yang ada di negara kita, dari Aceh sampai Papua.
Pakaian adat tesebut menggambarkan betapa kayanya kebudayaan kita yang wajib kita pelihara sampai kapan pun.
Pertanyaannya, dari mana para peserta mendapatkan baju adat? Mungkin ada beberapa orang yang orang tuanya punya baju adat.
Tapi, itupun tentu baju adat sesuai suku orang tua. Misalnya, orang Sunda mungkin saja punya baju adat Sunda yang disimpan dan dirawat dengan baik.
Padahal, para peserta karnaval akan berbagi peran dan masing-masing akan kebagian memakai baju adat yang berbeda-beda.
Untuk membeli bahan sendiri dan minta dijahitkan sama ahlinya, selain mahal juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Untunglah sekarang ini di berbagai kota, terutama kota besar, muncul tempat menyewa berbagai baju adat.
Jangan heran, masa panen bagi bisnis penyewaan baju adat adalah di bulan Agustus, ketika semua stoknya laris manis disewa.
Mungkin tidak banyak yang menyadari, betapa besar cuan yang diraup oleh pelaku bisnis penyewaan baju adat.
Selama ini, yang sering diungkap lebih banyak pada penjualan bendera dan segala pernak-perniknya, termasuk juga penjualan pohon pinang yang mau digunakan untuk lomba panjat pinang.
Padahal, potensi bisnis penyewaan baju adat justru lebih dahsyat, dan bukan hanya pada momentum bulan Agustus saja.
Baju adat juga digunakan di acara pernikahan atau resepsi pernikahan. Di Jabodetabek, bisa dikatakan menjadi kota perantau bagi semua suku.
Ketika warga asal suku tertentu mengadakan acara pernikahan di Jakarta dan sekitarnya, banyak dari unsur pengundang dan panitia yang menggunakan baju adat tertentu.
Apalagi, sejak Joko Widodo menjadi presiden, terlihat sekali beliau sangat mencintai pakaian adat. Buktinya, beliau sering memakai baju adat dari berbagai suku.
Tentu, apa yang dilakukan presiden, ditiru oleh pejabat lain hingga ke daerah-daerah. Maka, makin maraklah bisnis penyewaan baju adat.
Bagi yang tertarik membuka usaha sewa baju adat, punya modal saja belum cukup. Diperlukan juga pengetahuan seluk adat berbagai baju adat, kalau bisa juga filosofinya, agar konsumen puas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H