Namun, hal ini diduga bersifat temporer, karena masyarakat lebih mengutamakan biaya pendidikan anak-anak mereka.
Kebetulan sekarang lagi permulaan tahun ajaran baru. Biaya pendidikan terasa semakin mahal, apalagi bagi mereka yang akan kuliah.
Selain itu, saat cuti panjang perayaan Idulfitri lalu, masyarakat yang sudah 3 tahun tidak mudik karena pandemi, ramai-ramai mudik.
Jadi, begitu uang habis karena mudik, masyarakat mengerem konsumsinya, agar punya uang lagi untuk ongkos pendidikan anak-anak.
Akibatnya, belanja untuk berbagai produk dan jasa yang dihasilkan pelaku UMKM sengaja dihentikan dulu.
Saya sendiri melihat sesuatu yang kontras dengan nasib pelaku UMKM. Soalnya, banyak perusahaan besar yang melaporkan keuntungannya makin besar pada tahun 2022 lalu.
Kemudian, pada laporan keuangan sejumlah korporasi ternama, per semester pertama 2023, keuntungannya naik lagi.
Kebetulan, untuk perusahaan yang sudah berstatus "Tbk" (terbuka, artinya telah go public, sahamnya bisa dibeli publik), laporan keuangannya gampang diperoleh.
Coba saja cari berita tentang kinerja keuangan bank-bank nasional terkini, akan didapat informasi bahwa laba perbankan mengalami peningkatan.
Laba bank sebagian besar berasal dari bunga kredit korporasi yang disalurkan bank ke perusahaan-perusahaan kelas menengah ke atas.
Artinya, jika perusahaan yang menerima kredit, lancar mengembalikan pinjaman dan membayar bunganya ke bank, merupakan pertanda perusahaan itu sehat secara keuangan.