Lama kelamaan postingan itu tak lagi ramai mendapat tanggapan, meskipun masih ada sebagian anggota yang menanggapi sebagai basa-basi.
Namun, ketika postingan itu sudah terlalu sering, beberapa anggota saling japri, termasuk ke saya, bilang bahwa teman yang posting itu sudah overdosis dan terkesan narsis.
Saya sendiri berpendapat boleh-boleh saja seseorang membanggakan prestasinya. Tapi, akan lebih dahsyat kalau postingan itu dikirimkan oleh orang lain.
Artinya, biarkan orang lain yang mengatakan secara tulus kita hebat, bukan orang lain yang disewa sebagai influencer.
Celakanya, yang namanya jabatan pasti ada waktunya berakhir. Entah karena alasan apa, si teman ini dihentikan ketika baru memimpin selama separuh periode kepemimpinannya.
Maka, grup media sosial yang saya ikuti tersebut tak lagi ada postingan bernada narsis terkait prestasi kerja seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H