Kebetulan saja, saya menjadi anggota beberapa grup media sosial yang anggotanya adalah para pekerja di sebuah perusahaan yang tergolong besar.
Dengan berjalannya waktu, sebagian anggota di grup-grup tersebut sudah pensiun, sebagian lagi juga ada yang memilih bekerja di perusahaan lain.
Karena anggota grup sudah menyebar di berbagai perusahaan, tentu informasi yang diposting di grup media sosial tersebut semakin beragam.
Nah, sebut saja ada seorang anggota yang di ujung kariernya di perusahaan asal, beruntung mendapat kesempatan menduduki jabatan yang lebih tinggi di perusahaan lain yang sejenis.
Sejak itu, di tengah kesibukannya, ia semakin rajin memposting kegiatan yang bersifat seremonial yang diikutinya.
Jika ada event yang membuat dia berdekatan dengan seorang menteri, gubernur, bahkan pernah juga dengan wakil presiden, segara diposting ke grup media sosial.
Setiap ada berita di media massa yang memberitakan aktivitasnya atau prestasi perusahaan yang dipimpinnya, juga segera disebarkannya.
Apalagi, ketika ada acara penyerahan trofi dan penghargaan yang diraihnya. Foto dan narasi yang ditulisnya akan dibumbui dengan kalimat yang bernada pujian bagi diri sendiri.
Apa maksudnya demikian sering memposting prestasinya dalam bekerja? Tentu hanya si teman itu yang tahu.
Saya hanya menduga-duga, barangkali ia ingin teman-temannya tahu, bahwa tak sia-sia perusahaan yang baru ditempatinya mendapuknya sebagai pimpinan.
Awalnya, tanggapan dari anggota grup sangat positif terhadap postingan teman itu, dalam arti banyak yang memuji dan meberikan selamat pada si teman.