Bahwa apa yang ditemui di lapangan bisa saja hal yang tidak membuat nyaman bagi mahasiswa KKN, seharusnya sudah diantisipasi dari awal.
Justru di situlah letak tantangannya, yakni keluar dari zona nyaman. Mau tak mau, perlu siap mental dalam melaksanakan program KKN agar berhasil.Â
Hasil KKN bukan semata-mata mendapat nilai A dari dosen pembimbing, tapi bagaimana agar masyarakat bisa merasakan manfaat dari program tersebut.
Hanya saja, di era media sosial sekarang, para mahasiswa yang sedang mengikuti KKN, adakalanya terpancing untuk memposting kekecewaannya bila ada sesuatu yang diluar perkiraannya.
Postingan itu celakanya dibaca oleh warga setempat. Ingat, warga desa pun rata-rata sudah punya ponsel pintar yang mampu mengakses berbagai aplikasi media sosial.
Maka, tentu saja warga bisa marah bila mahasiswa dinilai menghina desanya, dan terkesan kurang menghargai sambutan yang diberikan masyarakat.
Itulah yang terjadi pada dua kasus program KKN. Yang satu terjadi di Lombok, satu lagi di Sumbar.
Detik.com (26/7/2023) menuliskan seorang mahasiswi Universitas Mataram (Unram) berinisial NWAP diusir karena sebuah video viral.
NWAP dipulangkan dari Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Adapun isi video yang membuat warga tersinggung adalah pernyataan NWAP bahwa tidak ada wanita cantik di tempatnya KKN.
Berikutnya, kejadian yang menimpa beberapa mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP), yang KKN di Bungus Teluk Kabung.