Lalu, wanita lainnya yang belum memenuhi kriteria di atas, ramai-ramai berusaha agar memenuhi standar dengan menggunakan berbagai produk kecantikan yang gencar promosinya.
Dalam sebuah acara talkshow di salah satu stasiun televisi baru-baru ini, ditampilkan beberapa orang yang "cantik" dalam tanda petik.
Maksudnya, dilihat dari standar yang berlaku umum, mereka lebih pantas disebut unik, bukan cantik versi media massa atau media sosial.
Seorang panelis di acara tersebut mengeluarkan pernyataan yang cukup tegas bahwa standar kecantikan selama ini tidak pernah realistis.
Jelaslah, si panelis ini dengan sengaja ingin mengubah paradigma yang selama ini dipakai, atau jangan terpaku dengan satu definisi kecantikan yang mainstream.
Untuk itu, silakan saja mendefinisikan cantik untuk diri kita masing-masing. Kebetulan, dalam talkshow itu ada panelis yang mengidap vitiligo, ada pula yang albino.
Vitiligo membuat kulit seseorang memudar dan biasanya ada bercak-bercaknya. Sedangkan albino membuat warna rambut dan kulit seseorang sangat pucat.
Namun, kedua panelis tersebut tampil percaya diri dan sekarang sukses menjadi pencipta konten di media sosial.Â
Mereka memberi saran bahwa pada prinsipnya masing-masing orang perlu mengenal dirinya sendiri, agar tidak insecure dengan kondisi fisiknya.
Wajar saja, jika mereka sebelumnya juga melewati fase galau terlebih dahulu, di-bully teman-temannya. Tapi, kemudian mereka bisa menerima dirinya sendiri.
Mereka juga mengatakan agar kita jangan menutup diri, jangan marah sama Tuhan, dan jangan membandingkan diri dengan orang lain.