Padahal, kalau konsumen masuk ke dalam supermarket itu, rata-rata barang hanya didiskon di kisaran 10 persen sampai 20 persen.
Tapi, memang ada segelintir barang yang sudah out of date (bedakan dengan barang yang sudah expired yang tak boleh lagi dijual) yang didiskon 90 persen.
Jadi, pihak manajemen supermarket tidak bohong-bohong amat. Yang penting, kalimat bombastis di atas mampu menarik minat konsumen untuk masuk ke dalam supermarket.
Kalau sudah masuk ke dalam, meskipun mungkin kecewa, paling tidak masing-masing konsumen akan membeli satu-dua jenis barang.
Contoh lain lagi, kalimat "Beli 1 gratis 1" terasa lebih sakti ketimbang kalimat "Beli sebanyak-banyaknya, rebut hadiah utama sebuah mobil".
Undian berhadiah sekarang sudah tak terlalu menarik, karena konsumen malas menulis nama, nomor KTP dan alamat di kupon yang didapat bila membeli sesuatu.
Apalagi, isu pencurian data pribadi saat ini semakin marak. Menyalahgunakan kupon undian adalah salah satu modusnya.
Namun, kalimat "Beli 1 gratis 1" bisa ditafsirkan sebagai menerima hadiah langsung, atau bisa membuat konsumen berpikir sama dengan diskon sebesar 50 persen.Â
Bahwa ada isu pihak penjual berbohong dengan terlebih dahulu menaikkan harga barang, kemudian baru memberikan diskon, agak sulit diterima akal.
Soalnya, konsumen yang sudah berpengalaman dan berpikir kritis, gampang mencari informasi atas harga barang yang sama di tempat lain.
Jika setelah didiskon harganya tetap mahal ketimbang harga di tempat lain, jelas akan membuat konsumen tak mau membeli.