Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hadapi Orang Bertipe "Keras" dengan Berbicara Lembut

22 September 2023   07:47 Diperbarui: 22 September 2023   07:50 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tukang bekerja|dok. fotografer: Feryal, dimuat infopublik.id

Seorang teman saya bercerita, ketika ia merenovasi rumahnya, tetangganya merasa terganggu dan marah-marah ke tukang yang sedang bekerja.

Diduga karena kerasnya pukulan si tukang saat bekerja, membuat dinding pembatas yang masuk teritori rumah tetangga terkelupas di sebuah sudut. 

Meskipun bagian yang terkelupas itu relatif kecil, tapi wajar saja bila si tetangga kecewa berat. Bahkan, mungkin si tetangga sudah lebih awal kesal karena terganggu suara bising tukang bekerja.

Maka, kekesalannya itu seperti menemukan momentum yang tepat ketika dindingnya terkelupas gara-gara pekerjaan tukang.

Tak tanggung-tanggung, si tetangga langsung mengomeli si tukang dengan berbagai kalimat yang kasar. Sudah begitu, si tukang masih saja berdalih bahwa ia bekerja sudah hati-hati.

Bahwa cara si tetangga memarahi tukang kelewat keras, ya tentu karena faktor emosinya yang tak lagi bisa dikendalikan. 

Pertengkaran antara tukang dan tetangga berakhir dengan janji si tukang akan menyampaikan kepada teman saya sebagai pihak pemberi kerja.

Berkomunikasi dengan pekerja rumah memang gampang-gampang susah. Salah-salah ngomong bisa memicu pertengkaran atau diam-diam si tukang menyimpan dendam.

Teman saya selama renovasi berlangsung pindah ke sebuah rumah kontrakan. Jadi, saat tukangnya dimarahi si tetangga, teman saya tidak tahu.

Baru saat teman ini meninjau ke lokasi, ia dapat laporan bahwa tetangganya mencak-mencak ke tukang.

Si tukang sempat mengompori teman saya agar hati-hati dan jangan kalah gertak, jika tetangganya masih marah-marah atau minta ganti rugi.

Untungnya, teman saya bukan orang yang cepat naik darah. Ia segera bertandang ke rumah tetangga dan mengucap salam dengan sopan.

Awalnya, si tetangga langsung mengeluarkan uneg-unegnya soal ulah tukang yang menurutnya bekerja serampangan. 

Tapi, melihat teman saya menyimak dengan baik, tidak ikut membalas ngomong keras, si tetangga mulai menurunkan volume suaranya.

Nah, ini dia yang ditunggu teman saya, kalau sudah tidak emosi lagi, tentu enak untuk diajak bernegosiasi.

Dengan tutur kata yang lembut, teman saya minta izin melihat lebih dekat dinding tetangga yang terkelupas.

Teman saya langsung memperlihatkan tindakan yang simpatik dengan memohon maaf (padahal saat baru sampai di rumah tetangga, ia juga sudah minta maaf).

Lalu, teman saya mengusulkan apakah si tetangga berkenan agar tukang yang lagi bekerja disuruhnya memperbaiki dinding tetangga agar kembali seperti sebelum terkelupas.

Kali ini, hati keras si tetangga langsung luluh melawan kelemahlembutan teman saya. Usul teman saya disetujui si tetangga.

Maka, pada saat itu juga, teman saya meminta tukangnya mendahulukan pekerjaan memperbaiki dinding tetangga.

Teman saya juga mengawasi pekerjaan si tukang di rumah tetangga hingga selesai, agar tidak menimbulkan hal yang tidak diharapkan.

Kisah seperti di atas sebetulnya sesuatu yang lazim terjadi, yakni gesekan antar tetangga, antar pedagang yang kiosnya berdekatan, atau antar teman kerja satu ruangan.

Label pada orang-orang tertentu yang dicap "orang keras", temperamental, atau suka bikin ribut, tidak berarti membuat kita harus takut menghadapinya.

Jika suatu saat mau tak mau kita harus berinteraksi dengan tipe orang seperti itu, kuncinya gampang, yakni mulailah berbicara dengan lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun