Indonesia tetap kena sanksi FIFA. Tapi hukuman yang dijatuhkan relatif ringan, yakni penghentian sementara bantuan dana FIFA untuk pengembangan sepak bola Indonesia.
Kenapa Indonesia menjadi semacam "anak emas" FIFA? Bisa jadi, faktor hubungan amat baik antara Erick Thohir dengan ketua umum federasi sepak bola dunia itu menjadi penentu.
Maka hal yang tak mungkin, menjadi mungkin. Maksudnya, itu tadi, Indonesia tiba-tiba terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia U17.
Indonesia mungkin dianggap sudah siap karena punya sejumlah stadion sesuai standar FIFA yang sedianya untuk menggelar Piala Dunia U-20.
Tapi, Gelora Bung Karno (GBK) yang menjadi stadion terbaik di tanah air terlanjur diikat oleh promotor konser musik Coldplay di pertengahan November.
GBK masih mungkin dipakai untuk jadwal semifinal dan final. Hanya saja, keajaiban yang bisa mengantarkan Timnas Indonesia U17 mampu lolos ke semifinal.
Padahal, tanpa timnas Indonesia, GBK dikhawatirkan akan terlihat seolah-olah kosong, jika yang menonton hanya 1.000 orang. Kapasitas GBK sangat besar, sekitar 70.000 orang.
Lalu, sebagai pengganti GBK, kota Jakarta masih punya Jakarta Internasional Stadium (JIS), stadion baru yang terkesan megah.
Tapi, JIS ternyata belum sesuai standar FIFA. Oleh karena itu perlu direnovasi. Istilah "renovasi" menjadi multi tafsir dan dianggap berbau politisasi.
Stadion masih baru kok direnovasi? Itulah kritik pendukung capres Anies Baswedan, karena JIS dibanggakan sebagai peninggalan monumental Anies ketika masih jadi Gubernur DKI Jakarta.
Terlepas dari polemik politisasi JIS, yang penting saat ditinjau oleh wakil FIFA, diharapkan sudah memenuhi standar dan layak digunakan untuk Piala Dunia U17.