Tentu bukan tanpa sengaja Puan Maharani membocorkan sederet nama yang disebut berpeluang menjadi cawapres yang akan diusung PDIP.
Soal capres memang sudah jelas, PDIP akan secara total berupaya memenangkan salah seorang kader terbaiknya, yakni Ganjar Pranowo.
Masalahnya, siapa yang akan mendampingi Gubernur Jawa Tengah itu dalam bertarung di Pilpres 2024 mendatang?
Menurut Puan, ada 10 nama yang sudah masuk daftar sebagai bakal cawapres PDIP. Beberapa di antaranya disebutkan namanya secara langsung oleh Puan.
Mahfud MD, Erick Thohir, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), adalah nama yang terucap dari mulut Puan.
Sebelum itu, dalam pemberitaan di media massa beredar pula nama Nasruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.Â
Nasruddin bukan tokoh politik, tapi ulama yang ceramahnya selalu menyejukkan dan dikenal dekat dengan tokoh-tokoh lintas agama.
Kabar terbaru, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono pun masuk radar bakal cawapres PDIP.Â
Tapi, Basuki sepertinya tak tertarik berpolitik dan tidak paham kenapa namanya masuk radar.
Dari sekian nama di atas, menarik untuk mencermati AHY yang sekarang adalah Ketua Umum Partai Demokrat.Â
Seperti diketahui, Partai Demokrat saat ini merupakan anggota Koalisi Perubahan bersama dengan Partai Nasdem dan PKS.
Koalisi Perubahan telah punya komitmen bersama tentang capres yang akan diusung, yakni mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Masalahnya, hingga sekarang siapa cawapres sebagai pendamping Anies belum lagi diputuskan.Â
Hal ini, oleh sejumlah pengamat dinilai bisa menggagalkan pencapresan Anies, jika salah satu dari 3 partai di atas menarik diri dari koalisi.
Partai Demokrat tentu saja menginginkan AHY sebagai cawapres. Demikian pula PKS yang menyodorkan nama Ahmad Heryawan, kadernya yang dua periode menjadi Gubernur Jawa Barat.
Nah, di tengah ketidakpastian AHY menjadi cawapres itulah, Puan "menggoda" dengan menyatakan AHY salah satu bakal cawapres.
Apakah itu bisa diartikan PDIP hanya sekadar ingin "menggoyang" kekompakan Kolisi Perubahan?
Soalnya, dilihat dari sisi chemistry antara PDIP dan Partai Demokrat, selama ini terkesan kurang klop.
Waktu SBY jadi presiden, PDIP berada di kubu oposisi. Kemudian, waktu Joko Widodo jadi presiden, giliran Demokrat yang jadi oposisi.
Bisa jadi ada pengamat yang menilai PDIP menempatkan AHY sekadar untuk "hore-hore" saja, dan nantinya tak mungkin AHY betul-betul jadi cawapresnya Ganjar.
Namun, pernyataan Puan bisa pula dipandang sebagai pancingan buat Anies Baswedan agar segera memutuskan siapa pendampingnya.
Apakah Anies menjadi tersudut gara-gara Puan "menggoda" AHY? Tentu yang tahu hanya Anies sendiri.
Anies seperti jadi serba salah. Jika Anies memilih AHY, belum tentu Nasdem dan PKS bisa legowo dan total berjuang untuk memenangkan Anies-AHY.
Bagaimanapun juga, sebaiknya Anies memang segera menetapkan cawapresnya. Isu yang beredar, Anies lebih sreg jika didampingi Khofifah, yang sekarang Gubernur Jawa Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H