Seperti diketahui, Partai Demokrat saat ini merupakan anggota Koalisi Perubahan bersama dengan Partai Nasdem dan PKS.
Koalisi Perubahan telah punya komitmen bersama tentang capres yang akan diusung, yakni mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Masalahnya, hingga sekarang siapa cawapres sebagai pendamping Anies belum lagi diputuskan.Â
Hal ini, oleh sejumlah pengamat dinilai bisa menggagalkan pencapresan Anies, jika salah satu dari 3 partai di atas menarik diri dari koalisi.
Partai Demokrat tentu saja menginginkan AHY sebagai cawapres. Demikian pula PKS yang menyodorkan nama Ahmad Heryawan, kadernya yang dua periode menjadi Gubernur Jawa Barat.
Nah, di tengah ketidakpastian AHY menjadi cawapres itulah, Puan "menggoda" dengan menyatakan AHY salah satu bakal cawapres.
Apakah itu bisa diartikan PDIP hanya sekadar ingin "menggoyang" kekompakan Kolisi Perubahan?
Soalnya, dilihat dari sisi chemistry antara PDIP dan Partai Demokrat, selama ini terkesan kurang klop.
Waktu SBY jadi presiden, PDIP berada di kubu oposisi. Kemudian, waktu Joko Widodo jadi presiden, giliran Demokrat yang jadi oposisi.
Bisa jadi ada pengamat yang menilai PDIP menempatkan AHY sekadar untuk "hore-hore" saja, dan nantinya tak mungkin AHY betul-betul jadi cawapresnya Ganjar.
Namun, pernyataan Puan bisa pula dipandang sebagai pancingan buat Anies Baswedan agar segera memutuskan siapa pendampingnya.