Soalnya, laba Garuda itu tak berarti punya dana yang melimpah. Hanya saja, secara akuntansi terhadap utang yang direstrukturisasi diperlakukan sebagai pendapatan perusahaan.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dulu sering mengalami kerugian, pada tahun 2022 membukukan laba sebesar Rp 14,4 triliun.
Pertamina tak mau ketinggalan dengan meraih laba tahunan terbesar sepanjang sejarah perusahaan minyak itu, yakni sebesar Rp 56,6 triliun selama tahun 2022.
Jadi, PLN dan Pertamina yang sebagian produknya bertarif murah karena disubsidi pemerintah, tetap mampu berkinerja gemilang.
Tentu, keberhasilan di semua perusahaan tersebut tidak semata karena kehebatan Erick Thohir yang diamanahkan menakhodai Kementerian BUMN.
Oleh karena itu, terhadap BUMN tertentu yang bermasalah, tentu juga kesalahan tak bisa ditimpakan pada Erick semata-mata.
Ingat, dari 41 BUMN, masih ada 9 BUMN yang merugi pada tahun 2022 lalu. Yang lebih parah, ada pula beberapa BUMN yang dilanda kasus korupsi.
Kasus terbaru yang banyak diberitakan media massa adalah korupsi di PT Waskita Karya, sebuah BUMN di sektor konstruksi.
Sebelum itu, yang menghebohkan adalah korupsi di Jiwasraya dan Asabri (keduanya di bidang asuransi).Â
Jadi, seharusnya laba BUMN tersebut di atas jauh lebih dahsyat jika tak ada kasus-kasus  korupsi di atas.
Erick Thohir pernah mengibaratkan bahwa yang dilakukannya terhadap semua BUMN tersebut sebagai "mengajar gajah menari"