Maka, kejadian yang berlangsung pada Minggu siang (14/5/2023) itu berakhir dengan penganiayaan secara fisik oleh Dokter Teguh pada pelayan bernama Tiara.
Bahwa kemudian beredar pernyataan permintaan maaf dari sang dokter di akun Instagram pribadinya, cap sebagai dokter yang emosional mungkin sudah melekat pada dirinya.
Bukan sekadar emosional saja, tapi gila hormat harus dipanggil dokter pun, rasanya tidak layak ditiru oleh dokter lain.
Terlepas dari kasus di atas, memang ada saja orang yang demikian tersinggung bila jabatan atau gelarnya tak disebutkan.
Konon, sebagian profesor bila tak dipanggil "Prof" oleh orang lain, apalagi oleh mahasiswa bimbingannya, bisa membuat suasana jadi rusak.
Demikian juga di banyak lembaga dan instasi. Jika di negara barat, anak buah memanggil nama saja pada atasannya, merupakan hal biasa.
Namun, jangan coba-coba lakukan hal itu di negara kita. Karena sopan santun di negara kita sangat dijunjung tinggi.
Jadi, kata panggilan Pak Dirut, Pak Ketum, Pak Gubernur, Ibu Direktur, dan sebagainya, menjadi hal yang lazim dalam berkomunikasi dengan para pejabat.
Bahkan, dalam bergaul sehari-hari pun bagi seorang yang sudah menunaikan ibadah haji, panggilan Pak Haji langsung melekat pada dirinya.
Kadang-kadang, banyak juga pedagang yang merayu konsumennya, dengan sebutan Pak Haji atau Bu Haji (seharusnya Bu Hajjah), meskipun belum tentu konsumen itu sudah naik haji.
Hal demikian sebetulnya baik-baik saja, sebagai bentuk penghormatan kepada lawan bicara kita.