Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bulan Syawal Bulan Kondangan, Siapkan "Amplop" Anda

7 Mei 2023   06:39 Diperbarui: 7 Mei 2023   06:51 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi datang ke kondangan|dok. Pernikahan Asia, dimuat hipwee.com

Pada hari Sabtu (6/5/2023) kemarin, saya menghadiri 2 acara resepsi pernikahan. Untung saja kedua resepsi itu tidak bersamaan jamnya, yang satu siang dan yang satu lagi di malam hari.

Tapi, saya pernah beberapa kali terpaksa buru-buru mengakhiri kehadiran di sebuah resepsi pernikahan, karena harus mengejar resepsi yang lain lagi.

Bayangkan kalau lokasi resepsi yang bentrok waktunya itu jaraknya berjauhan, meskipun sama-sama di Jakarta Selatan. Apalagi, jalanan lagi macet. 

Ternyata, pada bulan Syawal sekarang ini, bukan hanya puasa sunnah selama 6 hari saja yang disarankan untuk kita lakukan.

Menyiapkan "amplop" pun perlu diantisipasi, karena jika kita mendapat undangan resepsi pernikahan, sudah bukan zamannya lagi memberikan kado berupa barang seperti dulu.

Saya yakin, banyak di antara kita yang juga menerima undangan pernikahan, karena sudah tradisi pada masyarakat kita untuk menikahkan anak sehabis bulan suci Ramadan ini.

Sebetulnya, tradisi itu bukanlah sesuatu yang mengada-ada, namun berdasarkan ajaran dan sunnah Rasulullah yang menikahi Aisyah di bulan Syawal.

Namun demikian, seperti sering diceramahkan para ustaz, pada dasarnya semua bulan itu baik untuk melangsungkan pernikahan.

Tanpa perlu saya menyebutkan di daerah mana (yang jelas masih di Indonesia), di zaman dulu, ada kepercayaan masyarakat untuk tidak melangsungkan pernikahan di antara dua hari raya.

Maksudnya, tidak baik menikah di antara hari Idul Fitri dan Idul Adha. Tentu, bulan Syawal sendiri adalah salah satu dari dua bulan di antara dua hari besar Islam itu.

Adapun alasannya, jika menikah di saat tersebut, usia pernikahan dipercayai akan pendek.

Syukurlah, sekarang masyarakat sudah semakin menggunakan nalar dalam menafsirkan ajaran agama.

Sehingga, saat ini kepercayaan yang keliru karena tidak logis tersebut, sudah ditinggalkan masyarakat.

Dalam melangsungkan pernikahan, sebenarnya ajaran Islam tidaklah mengharuskan dilakukan secara besar-besaran yang terkesan "wah".

Yang penting, pelaksanaan akad nikah telah sah sesuai dengan syariat Islam. Selamatan sederhananya bisa menyatu dengan acara akad nikah.

Kenyataannya, banyak di antara kita yang menghabiskan dana demikian besar untuk menggelar resepsi yang terpisah dengan acara akad nikah.

Karena acaranya memang disiapkan sedemikian rupa, maka pihak yang diundang pun akan menjaga gengsi ketika menghadirinya. 

Mereka, maksudnya para tamu itu,  akan menjaga penampilan sekinclong mungkin. Dan itu tadi, amplop yang diberikan pun juga dengan mempertimbangkan gengsi.

Tentu, bagi sebagian kita yang sudah habis-habisan setelah mudik lebaran, mungkin akan merasa berat juga untuk menyiapkan amplop kalau menerima banyak undangan pernikahan.

Nah, kalau kita memang sedang kena penyakit tongpes (kantong kempes), tidak perlu terlalu memikirkan gengsi. 

Memenuhi undangan tersebut lebih penting, tanda kita menghargai si pengundang. Kita diundang pun, artinya karena kita dinilai sebagai orang yang dekat dengan yang punya hajat.

Hanya saja, untuk tahun depan, perlu perencanaan yang lebih matang. Sewaktu mau mudik, sisihkan dana yang akan digunakan untuk kebutuhan setelah lebaran.

Kebutuhan dimaksud, termasuk pula untuk berjaga-jaga jika di bulan Syawal ada beberapa famili dan sahabat yang menggelar acara pernikahan.

Ingat, bulan Syawal memang bulan kondangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun