Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anaknya Banyak Uang, Ayahnya Tetap Banting Tulang

13 Mei 2023   11:07 Diperbarui: 13 Mei 2023   11:09 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lansia lagi bekerja|dok. TribunMuria.com/Ahmad Mustakim

Tradisi mudik yang sudah berurat berakar pada masyarakat kita, kembali menemukan momentum yang pas pada perayaan Idulfitri 2023 yang belum lama ini berlalu.

Seperti diketahui, selama 3 kali lebaran sejak tahun 2020 hingga 2022, tradisi mudik tersebut tidak bisa berjalan secara normal karena pemberlakuan pembatasan sosial.

Nah, pada lebaran kali ini, desa-desa atau kota-kota kecil yang tadinya sepi, mendadak jadi ramai dengan kedatangan para pemudik.

Tapi, kemeriahan itu hanya berlangsung sekitar satu hingga dua minggu saja. Setelah itu kembali sepi, yang tinggal kebanyakan para orang tua yang telah lanjut usia (lansia).

Nah, berbicara tentang kehidupan lansia tersebut, terbayang kesedihannya ketika anak-anak, menantu dan cucunya pamit untuk kembali ke kota domisili mereka.

Ketika ada anaknya yang telah sukses akan kembali ke kota perantauannya, biasanya akan berusaha membujuk ayah dan ibunya (atau salah satu, jika ada yang sudah meninggal) untuk ikut juga.

Motif si anak jelas ingin memanjakan dan membahagiakan orang tuanya. Katakanlah, sudah saatnya anak membalas budi ke orang tua.

Memang, soal membalas budi ini ada 2 pendapat yang berbeda. Yang satu mengatakan, sudah kewajiban orang tua untuk mendidik dan membesarkan anak.

Sedangkan anak punya kewajiban yang sama pada anak-anaknya lagi, bukan kepada orang tuanya. Jadi, orang tua jangan pamrih berharap balasan dari si anak.

Pendapat sebaliknya adalah, betapa durhakanya seorang anak yang ketika sudah dewasa tak mau mengurus orang tuanya. 

Oke, kita tinggalkan saja pro dan kontra di atas. Yang jelas, sangat wajar jika anak yang sudah sukses ingin membahagiakan orang tua, terlepas dari motif balas budi atau bukan.

Tapi, kalaupun orang tuanya termakan bujuk rayuan dan ikut anaknya ke kota besar, biasanya paling lama cuma bertahan dua minggu. Setelah itu akan memaksa minta pulang ke kampung.

Tetap tinggal di rumah sendiri meskipun sepi, terasa lebih berarti bagi lansia ketimbang duduk manis di rumah bagus anaknya.

Perlu diketahui, duduk manis saja, atau makan tidur saja, bukan hal yang nyaman bagi lansia.

Memang, secara usia para lansia itu sudah saatnya pensiun. Namun, kenyataannya, rata-rata lansia masih ingin bekerja setiap hari.

Ya, kalau bekerjanya sekadar menyiram tanaman di pekarangan rumah, tak ada masalah.

Demikian pula kalau sekadar aktif di kepengurusan masjid atau koperasi desa yang tak terlalu sibuk, bagus juga.

Namun, tak sedikit yang melakukan pekerjaan berat, sesuai dengan pekerjaannya sewaktu masih muda dan kuat.

Jangan heran, bila melihat lansia masih aktif bertani, memelihara ternak, berjualan, dan berdagang makanan. Bahkan, ada yang keliling kampung dengan gerobak dorong.

Sekiranya para lansia membanting tulang karena alasan ekonomi, sebetulnya sangat memprihatinkan. Tapi, ini banyak terjadi, bila anak-anaknya juga hidup pas-pasan.

Bahkan, ada lansia yang masih punya tanggungan, dalam arti punya istri dan anak yang belum bekerja.

Nah, yang ironis, ada juga lansia yang bekerja berat itu yang anaknya punya uang banyak. 

Mungkin belum kaya-kaya banget, tapi si anak dalam kapasitas mampu membiayai kebutuhan orang tuanya.

Si anak bahkan sampai malu, jadi bahan omongan orang lain, kok tega-teganya membiarkan ayahnya membanting tulang.

Padahal, ada alasan lain yang bukan soal ekonomi, kenapa lansia masih merasa perlu bekerja secara rutin.

Alasan tersebut terutama terkait dengan kesehatan. Banyak orang yang merasa sakit kalau tidak bekerja. Selain itu, juga khawatir akan cepat pikun bila berpangku tangan saja.

Ada pula lansia yang memang sangat mencintai pekerjaannya. Alasan berikutnya, karena punya prinsip tidak akan membebani anaknya.

Jadi, mohon dimaklumi bila menemui orang tua yang masih aktif bekerja, meskipun ini dilema bagi anak-anaknya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun