Oke, kita tinggalkan saja pro dan kontra di atas. Yang jelas, sangat wajar jika anak yang sudah sukses ingin membahagiakan orang tua, terlepas dari motif balas budi atau bukan.
Tapi, kalaupun orang tuanya termakan bujuk rayuan dan ikut anaknya ke kota besar, biasanya paling lama cuma bertahan dua minggu. Setelah itu akan memaksa minta pulang ke kampung.
Tetap tinggal di rumah sendiri meskipun sepi, terasa lebih berarti bagi lansia ketimbang duduk manis di rumah bagus anaknya.
Perlu diketahui, duduk manis saja, atau makan tidur saja, bukan hal yang nyaman bagi lansia.
Memang, secara usia para lansia itu sudah saatnya pensiun. Namun, kenyataannya, rata-rata lansia masih ingin bekerja setiap hari.
Ya, kalau bekerjanya sekadar menyiram tanaman di pekarangan rumah, tak ada masalah.
Demikian pula kalau sekadar aktif di kepengurusan masjid atau koperasi desa yang tak terlalu sibuk, bagus juga.
Namun, tak sedikit yang melakukan pekerjaan berat, sesuai dengan pekerjaannya sewaktu masih muda dan kuat.
Jangan heran, bila melihat lansia masih aktif bertani, memelihara ternak, berjualan, dan berdagang makanan. Bahkan, ada yang keliling kampung dengan gerobak dorong.
Sekiranya para lansia membanting tulang karena alasan ekonomi, sebetulnya sangat memprihatinkan. Tapi, ini banyak terjadi, bila anak-anaknya juga hidup pas-pasan.
Bahkan, ada lansia yang masih punya tanggungan, dalam arti punya istri dan anak yang belum bekerja.