Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Mereka Ikhlas Tak Berlebaran, Ada yang 32 Tahun Tak Mudik

28 April 2023   05:13 Diperbarui: 28 April 2023   05:18 1645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedih juga membaca berita tentang seorang polisi di Pantura yang sudah 32 tahun tidak mudik lebaran, karena bertugas menjaga dan mengawal kesuksesan mudik lebaran.

32 tahun, masa yang sangat lama, bisa dikatakan sejak mengabdi sebagai polisi hingga mencapai usia mendekati pensiun, pak polisi itu tak merayakan lebaran tepat waktu.

Hal itu diberitakan oleh jabar.tribunnews.com (24/4/2023). Artinya, demi kebahagiaan banyak orang agar bisa berlebaran dengan tenang, sebagian orang ikhlas tidak berlebaran.

Seperti diketahui, jalur pantura (pantai utara Jawa) merupakan jalur mudik terpadat, yang menghubungkan banyak sekali kota-kota di Pulau Jawa.

Bahkan, mereka yang mudik ke selatan Jawa pun, rata-rata dari Jakarta lewat pantura terlebih dahulu, sebelum nantinya di kota tertentu akan belok ke arah kanan.

Bisa dibayangkan, betapa sibuknya para polisi yang bertugas di sepanjang pantura. Apalagi di tahun ini dikabarkan terjadi lonjakan pemudik yang luar biasa.

Ini bisa dimaklumi, setelah selama 3 tahun kegiatan mudik lebaran tidak bisa berlangsung secara normal, karena adanya pembatasan sosial.

Tentu, pembatasan sosial tersebut sangat diperlukan agar penyebaran pandemi Covid-19 bisa dikendalikan.

Nah, begitu pembatasan sosial tidak lagi diberlakukan, banyak sekali orang yang sudah "kebelet", ingin berlebaran di kampung halamannya masing-masing.

Namun demikian, ada sejumlah orang yang juga kebelet mudik, yang karena bekerja di profesi tertentu, tidak memungkinkan mereka untuk mudik. Profesi dimaksud, contohnya sebagai berikut.

Pertama, kelompok profesi yang berkaitan dengan transportasi. Mulai dari pilot dan kru pesawat, masinis dan kru kereta api, pengemudi dan kru bus antar kota, kapten dan kru kapal laut, dan sebagainya.

Termasuk pula di sini petugas pengisian bahan bakar untuk berbagai moda transportasi di atas.

Kedua, profesi yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban, seperti polisi, tentara, penjaga lembaga pemasyarakatan, tenaga sekuriti di berbagai perusahaan, dan sebagainya.

Ketiga, profesi yang berkaitan dengan bidang kesehatan, mulai dari dokter, perawat, bidan, dan petugas lainnya di rumah sakit dan klinik kesehatan.

Keempat, profesi yang berkaitan dengan media massa, mulai dari wartawan, reporter televisi (termasuk yang melaporkan secara langsung arus mudik dan arus balik), penyiar televisi dan radio, dan sebagainya.

Kelima, profesi yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat atau pelayanan pelanggan, seperti petugas call center berbagai perusahaan, pemadam kebakaran, dan sebagainya.

Masih banyak sebetulnya profesi yang belum tercantum di tulisan ini. Tapi, kelima contoh di atas sudah cukup untuk menggambarkan adanya sebagian orang yang ikhlas tidak berlebaran.

Tentu pada akhirnya mereka juga akan bersilaturahmi, tapi pada momen yang suasana lebarannya sudah sangat terlambat, sudah memudar.

Bisa dibayangkan sedihnya perasaan anak dan istri yang berlebaran tanpa kehadiran suami atau ayah tercinta. Tapi, kalau sudah terbiasa, semuanya bisa dihadapi dengan sabar.

Adakalanya, anak dan istri yang datang ke lokasi tempat suaminya bekerja, yang bisa istirahat sejenak di sela-sela kesibukannya. Atau, cukup dengan video call.

Bagi mereka yang baru menamatkan pendidikan dan berburu lapangan pekerjaan, harus menyiapkan mental bila nantinya bekerja di berbagai profesi di atas.

Selain karena profesi tertentu, ada juga orang-orang yang terpaksa tidak pulang kampung berlebaran karena alasan ekonomi.

Seperiti diketahui, di waktu biasa saja, tiket pesawat terbang sudah mahal. Apalagi, di waktu lebaran. Demikian juga tarif kereta api dan bus antar kota, juga melambung tinggi

Ada juga mereka yang tak bisa mudik atau tak bisa merayakan lebaran, karena lagi sakit berat. Atau, lagi mendekam di lembaga pemasyarakatan.

Maka, bagi kita-kita yang bisa berlebaran secara normal, perlu kita syukuri, karena tak semua orang bisa seperti kita.

Memang, silaturahmi tak selalu berarti harus bertemu secara fisik atau berhadapan face to face. Berkat kecanggihan teknologi, silaturahmi lewat dunia maya pun bisa dilakukan.

Tapi, ada kebahagiaan tersendiri bila satu keluarga secara utuh bisa berkumpul bersama merayakan hari kemenangan dan bertemu dengan sanak saudara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun