Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Anak Berkurung di Kamar Saat Tamu Datang, Ada Apa?

26 April 2023   05:03 Diperbarui: 26 April 2023   05:06 1905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari lebaran identik dengan hari untuk bersilaturahmi antar keluarga. Makanya, di rumah-rumah tertentu yang dijadikan tempat berkumpul satu keluarga besar, terlihat suasana meriah.

Jadi, bila di suatu rumah terlihat keramaian, artinya sedang kedatangan tamu. Lazimnya, para tamu tersebut membawa keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.

Tapi, bila sebuah rumah terlihat sepi, bisa diartikan bahwa tuan rumahnya lagi bepergian mendatangi rumah keluarga lain, tentu juga dengan membawa keluarganya.

Bila sebuah rumah dalam kondisi sepi selama beberapa hari, maka kemungkinan besar tuan rumahnya mudik untuk berlebaran di daerah asalnya.

Jelaslah, anak-anak menjadi bagian dari silaturahmi lebaran, bukan sekadar pelengkap atau penggembira saja.

Bahkan, banyak sekali orang tua yang telah menyiapkan uang baru, yang nantinya akan diberikan kepada anak-anak yang datang atau yang dikunjungi, yang dikenal sebagai tradisi salam tempel lebaran.

Jika karena sesuatu hal, ada keluarga yang punya anak tapi tidak membawanya, biasanya akan ditanya oleh pihak yang dikunjungi.

Mereka yang bertamu pun, kalau di pihak tuan rumah tidak terlihat anak-anaknya yang ikut bersalaman, juga akan bertanya, kok anak-anak tak kelihatan?

Biasanya, meskipun anak-anak akan sibuk dengan dunianya sendiri, tetap akan nongol di ruang tamu untuk bersalaman dan bertukar sapa ala kadarnya.

Namun, ada saja anak yang sengaja memilih berkurung dalam kamarnya ketika tamu datang berlebaran ke rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun