Setiap akan berangkat ke masjid, sering saya terngiang-ngiang isi ceramah seorang ustaz yang saya ikuti melalui acara "Renungan Ramadan" di layar kaca.
Intinya, sang ustaz mempertanyakan cara banyak orang dalam berpenampilan, yang sangat berbeda antara saat ke pesta dengan saat ke masjid.
Kalau ke pesta, katakanlah menghadiri undangan resepsi pernikahan, jangankan kaum wanita yang bisa menghabiskan berjam-jam untuk berdandan, kaum pria pun juga tampil beda.
Untuk kaum wanita, pertimbangan tentang baju apa yang akan dipakai, lalu sepatu dan tas apa yang matching, menjadi hal yang sangat serius.
Begitu juga dengan aksesoris atau perhiasan apa yang pantas untuk ditampilkan, akan menjadi pertimbangan dalam memilih outfit pesta.Â
Tentu, baik wanita maupun pria tak lupa menggunakan parfum yang wangi dan mahal, agar rasa percaya diri jadi meningkat.
Kaum pria memang tidak menghabiskan waktu selama yang dibutuhkan kaum wanita dalam memilih pakaian dan berdandan.
Tapi, prinsipnya sama saja, pria tetap mencari baju terbaik yang dipunyainya. Bisa pakai batik lengan panjang atau pakai stelan jas.
O ya, ada lagi yang perlu dipersiapkan kalau ke resepsi pernikahan, yakni kado atau uang yang dimasukkan ke dalam amplop, sebagai hadiah bagi pengantin.
Tak kalah penting pula soal keserasian dengan pasangan, dan kendaraan yang digunakan. Tujuannya, Â agar nanti turun di depan lobi tempat resepsi, gengsi pasangan tersebut terangkat.
Nah, sekarang mari kita bahas soal pakaian ke masjid, misalnya apakah banyak orang yang memikirkan outfit taraweh?Â
Coba perhatikan kebanyakan lelaki yang salat tarawih. Melangkah ke masjid cukup pakai kaos dan sandal jepit.
Kaos tersebut adakalanya di bagian punggung bergambar dan bertuliskan sesuatu, yang merusak konsentrasi jemaah yang salat persis di belakang si pemakai kaos.
Pemakai kaos merasa cocok saja, mau dipasangkan dengan sarung di bagian bawah atau dengan celana panjang.
Dengan kaos, gerakan salat terasa lebih enteng atau lebih fleksibel. Pokoknya nyaman-nyaman saja.
Lalu, tak usah pertanyakan kenapa harus pakai sandal jepit. Inilah jenis alas kaki yang dijamin tidak bakal hilang saat diparkir di halaman masjid.
Kalau kaosnya pakai celana panjang, masil lumayan, karena ada saku tempat menaruh uang receh yang nanti diisikan ke kotak amal.
Tapi, di sinilah ironisnya, untuk masjid yang nota bene adalah rumah Allah, cukup bawa uang receh. Bandingkan dengan isi amplop saat pesta yang biasanya bernominal besar.
Maka, kembali ke isi ceramah ustaz yang saya dengar, mari kita perbaiki pola pikir kita, agar penampilan ke masjid juga dibenahi, tidak asal pakai.
Jika di masjid ada penitipan sandal atau sepatu, sebaiknya kita memakai sandal yang bagus dan dititipkan, sehingga saat salat tidak was-was.
Soal baju, sebaiknya baju yang pantas seperti memakai baju koko, batik, atau kemeja biasa yang masih bagus.
Bagi yang nyaman memakai kaos, boleh juga, tapi kaosnya yang memakai krah, dan masih layak pakai (tidak kusam atau kumal).
Tentu ada sebagian bapak-bapak yang memakai pakaian gamis, yang pakai kopiah haji, pakai peci, semuanya baik-baik saja.Â
Tulisan ini tidak membahas outfit tarawih untuk perempuan, karena biasanya pakaian dan mukena jemaah wanita relatif lebih rapi ketimbang kebanyakan lelaki.
Intinya, mari kita salat tarawih ke masjid dengan penampilan yang baik. Tujuannya bukan untuk jual tampang, tapi sebagai salah satu wujud penghormatan kita saat beribadah kepada Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H