Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mandulnya Kreativitas Tim Kreatif Acara Sahur di Televisi

7 April 2023   14:05 Diperbarui: 7 April 2023   14:09 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menonton televisi|dok. StockPhoto, dimuat republika.co.id

Saya terbiasa bangun untuk makan sahur sekitar pukul 03.50 hingga 04.00 WIB. Istri saya biasanya bangun setengah jam sebelumnya dan langsung menyiapkan menu makan sahur.

Terkadang, 2 anak saya sudah bangun sendiri saat saya bangun. Tapi, sering juga saya yang mengetuk pintu kamar masing-masing anak untuk membangunkannya.

Sungguh, jika makan sahur tanpa ada bunyi-bunyian, kok terasa sepi sekali. Maklum, dalam keadaan mata terkantuk-kantuk, kami tak punya topik obrolan sambil makan.

Sebetulnya, tanpa hiburan pun tak masalah, karena kami tak punya banyak waktu luang. Dengan bangun pukul 04.00, praktis waktu yang tersedia cuma 30 menit menjelang waktu imsak.

Waktu yang sedikit itu tergolong pas-pasan saja untuk makan dan minum, juga minum obat misalnya ada obat atau vitamin.

Tapi, sekiranya ada hiburan, tentu akan lebih asyik dan syukur-syukur jadi menambah nafsu makan.

Soalnya, makan sahur sangat berbeda dengan makan waktu berbuka puasa. Ketika berbuka, apapun terasa enak karena lapar.

Saat makan sahur, makanan yang biasanya enak pun terasa kurang enak, karena perut belum begitu lapar dan mata masih agak mengantuk.

Akhirnya, televisi yang memang berada dekat meja makan selalu saya hidupkan sebagai "bunyi-bunyian" agar makan sahur tidak terasa sepi.

Sayangnya, maksud saya untuk mencari hiburan yang tak biasa melalui layar kaca, namun bersifat edukatif, tidak pernah kesampaian.

Semua acara sahur dari belasan stasiun televisi yang saya pantau, hanya sekadar pengulangan dari acara sejenis di tahun-tahun sebelumnya saat memasuki bulan suci.

Artinya, tim kreatif di masing-masing stasiun televisi, kreativitasnya bisa dikatakan mandul karena tidak berhasil memunculkan sesuatu yang unik.

Contohnya, ada sinetron religi yang mungkin sukses pada tahun-tahun sebelumnya, sekarang dengan tema yang sama dilanjutkan kembali.

Tapi, karena jalan ceritanya mirip-mirip saja, bintangnya juga sama saja, saya mulai dihinggapi kebosanan menontonnya.

Alur ceritanya sudah ketebak, soal anak-anak punk yang coba dirangkul oleh pemuka agama tanpa terkesan menceramahi.

Tema yang bagus sebetulnya, tapi karena itu tadi, sudah tertebak jalan ceritanya, jadi kurang seru.

Ada pula stasiun televisi yang menyelenggarakan lomba bagi mereka yang berbakat sebagai penceramah agama.

Ini juga merupakan edisi kesekian kalinya, karena telah berlangsung dalam beberapa kali bulan puasa, tanpa perubahan format acara.

Nah, ada beberapa stasiun televisi yang sengaja menghadirkan banyak komedian dengan tempelan ceramah ustaz yang sangat minim.

Masalahnya, komedi mereka sudah tergolong garing, dengan joke yang terkadang malah terkesan melecehkan ustaz yang dihadirkan sebagai bintang tamu.

Sedangkan sejumlah  televisi berita, selain menyajikan berita, juga menyelipkan dengan acara semacam "Renungan Ramadan" dari ustaz terkenal. 

Akhirya, dari sekian banyak pilihan, saya lebih sering memilih televisi berita saja. Meskipun, ceramah ustaz di sana tergolong serius dalam arti kurang menghibur.

Kesimpulan saya, bisa jadi tim kreatif di berbagai stasiun televisi sudah kewalahan karena tekanan persaingan dengan video streaming di berbagai akun media sosial yang punya jutaan pengikut.

Saya bisa memahami bahwa sekarang sudah memasuki masa senjakala media televisi. Tapi, sekiranya tim kreatifnya masih oke, pasti ada celah agar media televisi tetap digemari pemirsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun