Semua acara sahur dari belasan stasiun televisi yang saya pantau, hanya sekadar pengulangan dari acara sejenis di tahun-tahun sebelumnya saat memasuki bulan suci.
Artinya, tim kreatif di masing-masing stasiun televisi, kreativitasnya bisa dikatakan mandul karena tidak berhasil memunculkan sesuatu yang unik.
Contohnya, ada sinetron religi yang mungkin sukses pada tahun-tahun sebelumnya, sekarang dengan tema yang sama dilanjutkan kembali.
Tapi, karena jalan ceritanya mirip-mirip saja, bintangnya juga sama saja, saya mulai dihinggapi kebosanan menontonnya.
Alur ceritanya sudah ketebak, soal anak-anak punk yang coba dirangkul oleh pemuka agama tanpa terkesan menceramahi.
Tema yang bagus sebetulnya, tapi karena itu tadi, sudah tertebak jalan ceritanya, jadi kurang seru.
Ada pula stasiun televisi yang menyelenggarakan lomba bagi mereka yang berbakat sebagai penceramah agama.
Ini juga merupakan edisi kesekian kalinya, karena telah berlangsung dalam beberapa kali bulan puasa, tanpa perubahan format acara.
Nah, ada beberapa stasiun televisi yang sengaja menghadirkan banyak komedian dengan tempelan ceramah ustaz yang sangat minim.
Masalahnya, komedi mereka sudah tergolong garing, dengan joke yang terkadang malah terkesan melecehkan ustaz yang dihadirkan sebagai bintang tamu.
Sedangkan sejumlah  televisi berita, selain menyajikan berita, juga menyelipkan dengan acara semacam "Renungan Ramadan" dari ustaz terkenal.Â