Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pesan Sponsor dalam Ceramah Agama, Etis atau Tidak?

11 April 2023   06:12 Diperbarui: 11 April 2023   06:40 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ceramah agama untuk ditayangkan di tv|dok. yuvita/humasprovkaltim

Seorang ustaz tampil di layar kaca memberi ceramah agama. Tiba-tiba host-nya menyela dengan mengajukan pertanyaan, kenapa Pak Ustaz kok terlihat agak kurang bersemangat.

Pak Ustaz menjawab bahwa beliau memang lagi kurang enak badan. Maka, dengan gaya bak seorang ahli kesehatan, si host menyarankan meminum obat yang dibawanya.

Kemudian, sang ustaz memimun minuman merek tertentu (acaranya berlangsung malam hari di bulan puasa, sehingga boleh saja minum sesuatu).

Hebatnya, begitu selesai meminum, Pak Ustaz langsung mengatakan bahwa beliau sudah merasa kuat karena mimunan tersebut.

Ternyata, pak Ustaz dan host berkolaborasi menjalankan skenario yang telah disusun dengan rapi oleh sponsor acara pengajian itu, yakni produsen obat yang diminum ustaz tersebut.

Kalau begitu, apakah sang ustaz bisa dianggap mengelabui pemirsa karena berpura-pura lagi lemas?

Bagaimana sebetulnya secara ketentuan agama, jika seorang penceramah telah dibebani pesan sponsor dengan keuntungan finansial tertentu?

Dalam referensi yang ada, belum ditemukan semacam fatwa ulama tentang boleh tidaknya ustaz terlibat dalam kegiatan komersial seperti menjadi penyambung suara sponsor.

Hanya, masing-masing ustaz tentu paham dengan persoalan etika, mana yang patut dan mana yang tidak patut.

Masyarakat juga sebaiknya memahami, kapan ucapan ustaz merupakan uraian dari ajaran agama yang wajib dipatuhi, dan kapan yang berupa iklan yang tak wajib diikuti.

Sekarang, perhatian masyarakat terhadap agama memang meningkat, paling tidak terlihat dari semakin banyaknya kaum wanita yang menggunakan jilbab.

Maka, tak terhindarkan lagi, para ustaz dan ustazah yang sudah punya nama, sudah menjadi selebritas yang punya nilai komersial.

Apa baju yang dipakai ustaz atau ustazah bisa saja menjadi tren baru dalam perkembangan pakaian muslim. 

Tentu bisa dipahami, jika produsen pakaian muslim berkolaborasi dengan ustaz atau ustazah, sah-sah saja adanya.

Bahkan, bisa jadi ada pendakwah yang menjadi bintang iklan secara terang-terangan, umpamanya untuk perusahaan jasa travel umroh dan haji, produsen sarung, dan sebagainya.

Adapun contoh di awal tulisan ini yang memakai skenario pura-pura lemas, dalam ilmu pemasaran lazim disebut dengan soft selling. 

Secara umum, yang dimaksud dengan soft selling adalah taktik merayu calon konsumen secara halus atau secara tersamar.

Nah, cara uztad dan host di atas merupakan salah satu contoh soft selling.

Di masa sekarang, di mana mungkin sebagian masyarakat sudah bosan menonton iklan secara langsung, soft selling bisa dinilai lebih ampuh.

Soalnya, jika disampaikan sebagai iklan, pemirsa televisi justru akan segera memindahkan saluran televisi yang ditontonnya melalui remote control.

Kembali ke soal peranan ustaz atau ustazah dalam ranah komersial, seperti telah disinggung di atas, tampaknya menjadi hal yang tak terelakkan.

Hal itu sebagai dampak sosok ustaz atau ustazah yang sudah punya tingkat popularitas yang tinggi, sehingga juga punya "fans" yang banyak.

Sekarang, jika ada tawaran dari produsen atau pengusaha, terserah kepada masing-masing ustaz, apakah menerima atau menolak tawaran itu.

Bagi kita sebagai "ummat", cermatlah dalam memilah-milah ceramah, mana yang murni soal agama, dan mana yang sifatnya sebagai saran dalam menggunakan produk atau jasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun