Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Mengambil Untung dari Penukaran Uang Receh, Halalkah?

6 April 2023   04:50 Diperbarui: 6 April 2023   11:56 2121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada lebaran tahun ini diperkirakan akan terjadi ledakan jumlah pemudik, yakni mereka yang berdomisili di kota-kota besar, tapi memilih berlebaran di daerah asalnya.

Soalnya, setelah 3 tahun dilanda pandemi, baru sekarang ketentuan perjalanan antar kota sudah dinormalkan kembali, persis seperti sebelum pandemi.

Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia (BI) membuka 5.066 titik lokasi penukaran uang tunai, seperti diberitakan harian Kompas (4/4/2023).

Untuk kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri tahun ini, BI menyiapkan uang tunai sebesar Rp 195 triliun.

Jumlah tersebut meningkat 8,22 persen dibandingkan lebaran tahun lalu, sejalan dengan meningkatnya geliat ekonomi dan jumlah pemudik.

Kenapa BI demikian banyak menyiapkan uang tunai? Karena tradisi membagi-bagi uang di hari lebaran dari para pemudik buat keponakan, anggota famili, dan sahabatnya, masih memakai uang tunai.

Tidak hanya pemudik, pada dasarnya semua orang yang sudah punya penghasilan, akan berbagi sesuai kemampuannya kepada yang tak punya penghasilan (anak-anak dan lansia). 

Jadi, meskipun dalam berbelanja sekarang ini sudah semakin banyak yang menggunakan cara non tunai, tapi tidak demikian dengan bagi-bagi angpao.

Itupun yang dipakai bukan uang yang lecek, yang sudah dicorat-coret, atau yang sudah bolong bekas di-stapler.

Tradisi bagi-bagi itu lebih afdol pakai uang baru yang masih beraroma percetakan, yang artinya belum sempat berpindah tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun