Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jika Terbentuk Koalisi Besar, di Pihak Prabowo atau Ganjar?

1 Mei 2023   04:33 Diperbarui: 1 Mei 2023   05:21 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak bulan puasa yang lalu, hingga saat libur lebaran baru-baru ini, perkembangan politik di tanah air bergulir dengan cepat dan sering menghadirkan kejutan.

Hal itu dimulai dengan acara buka puasa bersama yang dilakukan Partai Nasdem, yang berlangsung cukup meriah dengan dihadiri sejumlah politisi lintas partai, pada Sabtu (25/3/2023).

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pada kesempatan itu membicarkan peluang terbentuknya koalisi besar dengan Partai Nasdem, Demokrat dan PKS.

Seperti diketahui, ketiga partai yang disebut oleh Airlangga di atas, merupakan anggota Koalisi Perubahan (KP) yang mengusung Anies Baswedan sebagai capres untuk Pilpres 2024.

Adapun Golkar sendiri, tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama dengan PPP dan PAN. Hanya saja, KIB belum menetapkan capresnya.

Kemudian, pada acara buka puasa bersama yang dilakukan oleh PAN (2/4/2023), juga diikuti oleh pimipinan lintas partai. Bahkan, Presiden Jokowi juga hadir.

Sehingga, dugaan akan segera terbentuknya koalisi besar semakin menggelinding. 

Hanya saja, kalau memang koalisi besar jadi terbentuk, justru yang jadi korban adalah KIB. Ya, KIB terancam bubar karena belum jelas figur capres yang diusungnya.

Hal ini berbeda dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang beranggotakan Gerindra dan PKB, sepertinya akan menjadi kendaraan politik bagi Prabowo Subianto.

Peta persaingan semakin jelas setelah PDIP secara resmi mengumumkan mencalonkan kadernya yang sekarang masih Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Sebelum ini, publik bertanya-tanya, apakah Megawati sebagai Ketua Umum PDIP akan mengusung anaknya sendiri, Puan Maharani.

Sekiranya Puan yang dijadikan capres, diperkirakan barisan koalisi besar akan ramai-ramai mendukung Prabowo.

Seperti diketahui, dari survei elektabilitas sejumlah lembaga survei, Ganjar menduduki posisi puncak, yang diikuti oleh Prabowo.

Sedangkan Anies Baswedan, peringkatnya berada di bawah kedua figur di atas. Adapun Puan, elektabilitasnya bisa disebut kurang bersinar.

Kenapa Megawati mengumumkan capresnya lebih cepat dari dugaan banyak pengamat? Hal ini diduga ada kaitannya dengan wacana pembentukan koalisi besar.

Jika koalisi besar terlanjur terbentuk dengan posisi mendukung Prabowo, tentu akan merugikan PDIP.

Tapi, dengan diumumkannya Ganjar sebagai capres, cepat sekali menuai reaksi positif, di mana PPP telah menyatakan ikut mendukung.

Sebelum itu, 2 partai non parlemen, Hanura dan PSI juga mendukung Ganjar. Artinya, PDIP tidak lagi berjuang sendirian.

Namun, yang namanya koalisi besar masih tanda tanya, dan akan sangat bergantung pada sikap Golkar.

Jadi, menarik untuk ditunggu, jika koalisi besar itu memang terbentuk, akan mendukung Prabowo atau Ganjar?

Untuk Anies Baswedan, sepertinya sudah maksimal 3 partai yang sekarang bergabung dalam Koalisi Perubahan. 

Golkar diperkirakan menjadi penentu jadi tidaknya terbentuk koalisi besar, karena partai besar yang belum mendeklarasikan capres, tinggal Golkar.

Bahwa internal Golkar punya aspirasi menjadikan Airlangga sebagai capres, tentu boleh-boleh saja. 

Namun, pada akhirnya Golkar mungkin akan realistis, elektabilitas Airlangga sulit untuk didongkrak. Bahkan, untuk jadi cawapres sekalipun.

Tapi, sebagai partai terbesar ketiga dari sisi perolehan suara di pileg 2019 (setelah PDIP dan Gerindra) dan terbesar kedua kursinya di parlemen, posisi Golkar sangat strategis.

Oleh karena itu, Golkar akan menjadi incaran kubu Ganjar, sekaligus juga diincar kubu Prabowo.

Kalau ada yang melamar Airlangga sebagai cawapres, barangkali Golkar tertarik bergabung. Masalahnya, elektabilitas Airlangga yang kurang nendang itu tadi.

Figur cawapres yang dibutuhkan  Ganjar maupun Prabowo, agaknya yang kental warna Islamnya dan diterima baik oleh 2 ormas besar, NU dan Muhammadiyah.

Mahfud MD dan Khofifah disebut-sebut sebagai tokoh berbasis NU, selain Ketua Umum PKB Cak Imin.

Tapi, bisa pula cawapres yang digandeng adalah yang kuat dananya, sekaligus juga diterima baik di kalangan Islam. 

Contohnya Sandiaga yang mendekat ke PPP dan juga Erick Thohir yang konon dekat dengan PAN.

Hingga saat ini, siapa cawapres yang akan digandeng Prabowo dan juga Ganjar, masih sulit untuk ditebak. Hal itu sekaligus membuat masih belum jelas terbentuk atau tidaknya koalisi besar. 

Jika KIB solid, maka koalisi besar tidak akan terbentuk. Sehingga, nantinya akan ada 4 capres, yakni Anies, Ganjar, Prabowo, dan capres yang diusung KIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun