Maksudnya, tanpa masukan dari Jokowi pun, Megawati boleh-boleh saja mengambil keputusan.
Dalam siaran berita dari salah satu stasiun televisi, Presiden Jokowi mengatakan sudah memberikan pandangan pada Megawati berdasarkan angka-angka atau data yang ada.
Nah, data dimaksud bisa jadi adalah hasil survei elektabilitas yang sudah banyak diberitakan media massa.
Kader PDIP yang paling kinclong hasil surveinya, sudah jelas, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Makanya, sering diulas di media, sekiranya Megawati berpikir rasional, tentu PDIP akan mengusung Ganjar pada Pilpres 2024 mendatang.
Di sinilah masalahnya, seolah-olah jika PDIP bukan mengusung Ganjar, dianggap tidak rasional. Betulkah seperti itu?
Ingat, survei pun bersifat fluktuatif, bisa naik dan bisa turun. Waktu yang tersedia masih cukup panjang, bisa saja kader PDIP selain Ganjar nantinya akan melejit elektabilitasnya.
Jadi, misalnya PDIP nantinya mengusung Puan Maharani, jangan serta merta mengatakan Megawati tidak rasional.
Bukankah secara pengalaman, Puan sudah memegang pos strategis, yakni sebagai menteri koordinator selama 5 tahun dan berikutnya menjadi Ketua DPR RI.
Apapun keputusan Megawati, pasti ada dasar rasionalitasnya, bukan semata karena faktor suka-tidak suka secara pribadi.
Ada satu lagi isu terkait capres, di banyak kesempatan, Presiden Jokowi ditafsirkan oleh pihak media meng-endorse Prabowo Subianto.