Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Medical Check Up, Takut Mahalnya atau Takut Hasilnya?

18 Maret 2023   05:13 Diperbarui: 18 Maret 2023   22:15 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dok. FatCamera, dimuat parapuan.co

Tak banyak orang yang rutin, katakanlah setahun sekali, dalam melakukan Medical Check Up (MCU) atau pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.

Padahal, semua orang pasti sepakat bahwa MCU sangat bermanfaat untuk memastikan kondisi kesehatan, serta sekaligus untuk mengantisipasi jika ada potensi penyakit yang mengancam.

Kalau ada potensi tersebut yang terlihat dari hasil MCU, tentu akan lebih mudah mencegahnya, ketimbang menunggu penyakit berkembang hingga tahap yang gawat.

Masalahnya, kenapa orang yang tahu manfaat MCU malah malas melakukannya? Bukankah banyak orang baru mau diperiksa kesehatannya ketika sudah terlanjur sakit?

Orang yang tidak merasa sakit tapi mengikuti MCU, biasanya karena "terpaksa", misalnya untuk persyaratan mendapatkan pekerjaan.

Di perusahaan-peruasahaan besar, juga mengharuskan para karyawannya yang berusia di atas 40 tahun ikut MCU setahun sekali.

Nah, di bawah ini adalah berbagai alasan yang mungkin membuat seseorang enggan melakukan MCU secara sukarela.

Pertama, takut dengan biayanya yang mahal. Sekarang, sekadar memeriksa darah untuk beberapa indikator saja, misalnya kolesterol dan gula darah, tarifnya sekitar Rp 500.000.

Bila ingin lebih lengkap (untuk periksa darah termasuk melihat fungsi hati, ginjal,dan sebagainya), bisa di atas Rp 1 juta.

Bahkan, agar lebih komplit termasuk MRI jantung dan otak, juga pemeriksaan mata, gigi, dan THT, diperkirakan di atas 5 juta.

Kedua, takut kehilangan waktu karena MCU menghabiskan sekitar setengah hari. Apalagi, 10 jam sebelum diambil darah, harus puasa terlebih dahulu.

Ketiga, takut dengan prosesnya, umpamanya saat ditusuk jarum untuk ambil darah, saat alat-alat dipasang sebelum tes treadmill dan juga EKG (melihat kesehatan jantung).

Keempat, nah ini yang kurang logis tapi banyak juga penganutnya, yakni mereka yang takut ketahuan jika hasil MCU-nya jelek. 

Kelompok ini berpendapat, jika punya penyakit, sebaiknya tidak usah tahu. Kalau tahu, jadi beban pikiran dan akhirnya makin sakit.

Pendapat tersebut jelas-jelas keliru. Justru, mengetahui penyakit pada tahap sedini mungkin, lebih cepat pula proses penyembuhannya.

Sebagai misal, jika kolesterol terlihat melebihi angka batas atas normal. Maka, kita bisa berkonsultasi ke dokter, apakah perlu minum obat atau cukup dengan mengubah gaya hidup.

Gula darah sangat penting pula untuk diketahui, karena sekarang anak muda pun banyak yang menderita sakit gula (diabetes).

Diduga, mereka yang terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman berpemanis, menjadi penyebab meningkatnya penderita diabetes.

Pemeriksaan fungsi ginjal paling tidak terdiri dari ureum dan kreatinin. Sedangkan fungsi hati antara lain dilihat dari hasil pemeriksaan SGOT, SGPT, dan Gamma GT.

Fungsi ginjal dan hati tersebut penting untuk dideteksi apakah masih optimal, atau terjadi penurunan fungsi.

Sebetulnya, kalau dana sangat terbatas, bisa saja yang diperiksa urin rutin dan darah rutin saja. 

Toh, sebagai deteksi awal, dari urin bisa terlihat kinerja ginjal dan hati seseorang, juga bisa mendeteksi penyakit diabetes dan saluran kandung kemih.

Adapun pemeriksaan darah rutin bertujuan untuk melihat kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, hematokrit, trombosit, dan leukosit.

Jadi, kesimpulannya, keterbatasan dana bukan alasan untuk tidak melakukan MCU. Idealnya, sisihkan dana secara rutin semampunya, agar ketika akan MCU tidak menjadi beban yang berat.

Bayangkan, jika sudah terlanjur sakit baru diperiksa, biaya yang dikeluarkan tentu akan jauh lebih mahal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun