Ada-ada saja anak sekarang. Demi konten, apapun mereka lakukan. Makin aneh kontennya makin viral. Maksud aneh di sini adalah melakukan hal-hal yang di luar akal sehat.
"Viral" seperti menjadi kata sakti yang diburu semua pembuat konten. Tempo hari, beredar konten remaja yang berani menghadang truk yang sedang melaju kencang.
Ternyata kejadian menghadang truk demi konten itu telah banyak memakan korban nyawa yang melayang sia-sia.
Detik.com (16/1/2023) memberitakan data yang mencengangkan yang diungkapkan oleh Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bogor, Jawa Barat.
Di kota hujan itu, sejak tahun 2020 hingga 16 Januari 2023, telah terjadi sebanyak 14 kali kasus penghadangan truk.
Dari 14 kali kejadian di atas, tercatat korban jiwa sebanyak 7 orang dan korban luka juga 7 orang.
Itu baru data dari Bogor saja. Padahal, kasus serupa juga terjadi di daerah lain, seperti Bekasi dan Tangerang.
Nah, masih dari Bogor, sekarang ada lagi nyawa yang melayang saat membuat konten. Kali ini bukan dengan menghadang truk, tapi dengan skenario pura-pura bunuh diri.
Kompas.com (4/3/2023) menuliskan tentang seorang perempuan yang hendak bikin konten bunuh diri, malah tewas tergantung karena terpeleset saat naik kursi.
Perempuan dimaksud berinisial W (21 tahun), gadis asal Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Awalnya, W iseng berbicara kepada temannya melalui video call bahwa ia akan membuat konten pura-pura bunuh diri.
Keisengan tersebut malah dijadikan hal yang serius, W menyiapkan segala sesuatunya, seperti tali dan kursi untuk pura-pura gantung diri.
Saat itu video call masih berlangsung dengan rekannya. Pada adegan berikutnya, terlihat W yang seorang pelayan kafe itu memperagakan aksi gantung diri.
W mengatakan kepada temannya bahwa ia akan mengunggah video itu ke media sosial.
Namun, tiba-tiba temannya kaget melihat W terpeleset dari kursi yang menjadi pijakan kakinya.
Tak mau membuang waktu karena takut terjadi sesuatu yang fatal, teman W pun berlari ke rumah kontrakan W.
Ternyata kekhawatiran teman W terjadi juga. Saat itu W sudah dalam posisi tergantung pada seutas kain yang diikat di atas ventilasi pintu.
Teman W tersebut melapor ke pihak kepolisian. Dari hasil otopsi, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban, selain bekas jeratan tali di bagian leher.
Korban akhirnya diserahkan kepada pihak keluarga yang menganggap hal ini sebagai musibah, serta dimakamkan secara layak.
Dari kasus di atas, diharapkan mampu menyadarkan para pemburu konten agar tetap menggunakan akal sehat.
Tak ada gunanya viral bila si pembuat koneten menderita luka parah, menderita cacat tetap, atau bahkan meninggal dunia.
Sebetulnya, mereka yang nekat seperti kasus di atas dapat juga dikatakan sebagai miskin kreativitas. Padahal ingin membuat konten yang viral.
Akhirnya, mereka menganggap satu-satunya cara agar viral adalah berbuat nekat, yang orang lain pada umumnya tidak berani.
Tapi, bagi mereka yang kreatif, ada banyak jalan agar kontennya ditonton banyak orang.
Pada dasarnya, ide bisa muncul dari mana saja, terutama dari hasil banyak membaca dan banyak berdiskusi dengan berbagai kalangan.
Bila sudah menangkap apa topik yang lagi hangat di tengah masyarakat, berpotensi untuk melahirkan konten yang diharapkan bisa viral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H