Awalnya, W iseng berbicara kepada temannya melalui video call bahwa ia akan membuat konten pura-pura bunuh diri.
Keisengan tersebut malah dijadikan hal yang serius, W menyiapkan segala sesuatunya, seperti tali dan kursi untuk pura-pura gantung diri.
Saat itu video call masih berlangsung dengan rekannya. Pada adegan berikutnya, terlihat W yang seorang pelayan kafe itu memperagakan aksi gantung diri.
W mengatakan kepada temannya bahwa ia akan mengunggah video itu ke media sosial.
Namun, tiba-tiba temannya kaget melihat W terpeleset dari kursi yang menjadi pijakan kakinya.
Tak mau membuang waktu karena takut terjadi sesuatu yang fatal, teman W pun berlari ke rumah kontrakan W.
Ternyata kekhawatiran teman W terjadi juga. Saat itu W sudah dalam posisi tergantung pada seutas kain yang diikat di atas ventilasi pintu.
Teman W tersebut melapor ke pihak kepolisian. Dari hasil otopsi, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban, selain bekas jeratan tali di bagian leher.
Korban akhirnya diserahkan kepada pihak keluarga yang menganggap hal ini sebagai musibah, serta dimakamkan secara layak.
Dari kasus di atas, diharapkan mampu menyadarkan para pemburu konten agar tetap menggunakan akal sehat.
Tak ada gunanya viral bila si pembuat koneten menderita luka parah, menderita cacat tetap, atau bahkan meninggal dunia.