Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, kembali mencuri perhatian ketika mimpinya bertemu Amien Rais diberitakan sejumlah media daring.
Memang, dalam mimpi tersebut tidak terjadi dialog apa-apa antara Gibran dengan mantan Ketua Umum Muhammadiyah tesebut.
Amien Rais kemudian lebih dikenal sebagai seorang politisi senior asal kota Solo, Jawa Tengah, kota yang sekarang dipimpin oleh Gibran.Â
Presiden Jokowi pun merintis karier politiknya dari kursi Wali Kota Solo, sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta dan berlanjut lagi menjadi Presiden RI.
Makanya, sekarang Gibran yang oleh sejumlah kalangan dinilai sukses di Solo, digadang-gadang akan menjadi gubernur. Mungkin di DKI Jakarta atau di Jawa Tengah.
Kembali ke cerita Amien Rais, chemistry Amien dan Jokowi sepertinya tidak cocok. Amien terkenal sebagai seorang yang rajin melancarkan kritik terhadap Jokowi.
Hanya saja, pengaruh Amien Rais dalam blantika politik nasional sudah menyurut, sehingga kritik Amien Rais tersebut tidaklah menggetarkan Jokowi.
Bahkan, rasanya ironis juga memikirkan nasib Amien yang tersingkir dari partai yang dulu dilahirkannya, Partai Amanat Nasional (PAN).
Amien kemudian mendirikan Partai Ummat. Semula, Partai Ummat tidak lolos pada tahap verifikasi untuk menjadi peserta Pemilu 2024.
Tapi, pada tahap verifikasi ulang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya meloloskan Partai Ummat, sehingga partai ini resmi terdaftar sebagai peserta pemilu mendatang.
Nah, kembali ke soal Gibran, Kompas.com (7/3/2023) memberitakan Gibran sudah sejak lama mengidolakan sosok Amien Rais.
Terkait dengan mimpi yang telah disinggung di awal tulisan ini, Gibran tiba-tiba saja bermimipi ketemu Amien Rais.
Gibran menginginkan bisa betul-betul bertemu dengan sosok idolanya itu untuk meminta masukan.
Satu-satunya akun Twitter yang diikuti oleh Gibran melalui akun pribadinya @gibran_tweet, hanya milik Amien Rais.
Bahkan, Gibran tidak mengikuti akun Presiden Joko Widodo yang merupakan ayahnya sendiri. "Gak seru", ujar Gibran ketika ditanya kenapa tidak follow ayahnya.
Sikap simpatik yang diperlihatkan Gibran tentu pantas diapresiasi. Gibran sepertinya tidak memasalahkan ayahnya yang jadi sasaran kritik pedas Amien.
Justru, Gibran merasa perlu untuk minta masukan atau "berguru" dari Amien Rais.
Padahal, kalau mengingat betapa tajamnya politik identitas membelah masyarakat, jelas bahwa bagi kelompok pro Jokowi, Amien Rais seakan menjadi musuh abadi.
Atau, apakah ada maksud terselubung dalam hati Gibran? Sebaiknya kita tidak perlu berburuk sangka.
Pihak yang anti Jokowi pun tak perlu menduga-duga, mempertanyakan jurus apa yang dimainkan Gibran.
Mari berpikir positif, bahwa Gibran sebetulnya memberi contoh yang baik, tidak saja bagi para politisi, tapi juga bagi semua kita.
Berbeda pilihan politik atau berbeda posisi antara pemerintah dan oposisi, jangan sampai menjadi arena saling bermusuhan.
Kita harus semakin dewasa dalam berdemokrasi. Jika antar kelompok saling menghujat, energi akan habis sia-sia.
Sebelum soal Gibran-Amien ramai di media, kita juga disuguhi pertemuan mesra Surya Paloh-Prabowo.
Keduanya berbeda kubu politik. Surya di Koalisi Perubahan dengan mengusung Anies Baswedan sebagai capres untuk Pilpres 2024 mendatang.
Adapun Prabowo adalah capres dari Partai Gerindra dan membentuk koalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Tapi, keduanya sepakat untuk saling menghormati pilihan politik masing-masing, sambil tetap menjalin silaturahmi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
