Orang bijak atau motivator ada yang mengatakan bahwa tahun baru bisa diibaratkan dengan halaman pertama dari sebuah buku kosong setebal 365 halaman.
Namun, mari kita resapi atau kita cermati, betulkah perumpamaan buku kosong tersebut?
Artikel ini tidak bermaksud mendebat, tapi hanya ingin melihat dari perspektif lain. Maka, dalam hal ini, tahun baru ibarat buku kosong tidak sepenuhnya tepat.
Soalnya, buku lama yang telah penuh kita tulis, ada tulisan indah, dan ada pula tulisan yang jelek serta acak-acakan, bukan buku yang bisa kita lenyapkan begitu saja.
Tulisan-tulisan lama itu tetap terbawa dan bahkan menjadi "saldo baru" pada halaman pertama buku kosong edisi 2023.
Jadi, ibarat buku tabungan, saldo per 31 Desember 2022 merupakan ujung perjalanan dan bersifat akumulatif dari sejak kita pertama menabung.
Saldo kita setiap hari bisa saja bertambah, terkadang juga berkurang. Tapi, pada akhirnya, anggaplah per akhir 2022 di buku tabungan kita tercatat saldo sebesar Rp 12.345.678, 90.
Nah, pada buku tabungan yang baru yang dicetak khusus untuk periode 2o23, pada halaman pertama  sudah tercantum saldo pindahan dari yang lalu sebesar angka di atas.
Demikian juga apa yang kita perbuat sejak kita akil baligh hingga hari ini, semuanya tak bisa dihapus, dan bahkan selalu berakumulasi.
Ada akumulasi perbuatan baik yang mendapat pahala, dan di sisi lain ada pula akumulasi perbuatan buruk yang mendapat dosa.
Saldo akumulasi di atas akan terbawa ke halaman pertama buku yang katanya kosong tersebut.