Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Investasi Bodong Rugikan Masyarakat Rp 112,2 Triliun Selama 2022

3 Januari 2023   05:04 Diperbarui: 3 Januari 2023   05:25 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi investasi bodong|dok. tim infografis/Nadia Permatasari/detik.com

Masing-masing orang mungkin punya kenangan yang berbeda atas apa yang dialaminya selama tahun 2022. Ada yang punya kenangan manis, dan ada pula yang pahit.

Tahun yang baru saja kita tinggalkan tersebut secara umum masih termasuk tahun yang berat, meskipun pandemi Covid-19 tidak lagi sehebat tahun 2020 dan 2o21.

Pada Februari 2022, muncul kejadian yang tidak banyak pihak yang menduga dan akhirnya berdampak pada berbagai krisis di hampir seluruh penjuru dunia. 

Kita pun di Indonesia ikut merasakan dampaknya. Kejadian dimaksud adalah meletusnya perang Rusia-Ukraina. 

Secara geografis kedua negara itu memang sangat jauh dari negara kita. Tapi, karena pasokan energi dan pangan dunia banyak melibatkan kedua negara tersebut, imbasnya jadi kemana-mana.

Krisis energi, krisis pangan, dan berbagai krisis lainnya, membuat kehidupan tidak lagi senyaman sebelumnya, meskipun pembatasan aktivitas sosial karena pandemi sudah diperlonggar.

Makanya, jangan heran kalau harga berbagai barang seakan berlomba naik. Sebagai contoh, gas elpiji naik beberapa kali dalam rentang waktu tidak terlalu lama.

Selain itu, mungkin karena krisis tersebut, banyak orang yang ingin mendapat rezeki melalui jalan pintas, tanpa perlu bekerja keras.

Akhirnya, sepanjang tahun 2022 lalu, menjadi tahun keemasan beberapa pihak yang menawarkan investasi yang menggiurkan, dengan menjanjikan imbalan yang sangat tinggi bagi para investor.

Padahal, jika ada tawaran yang sangat tinggi, jauh di atas suku bunga yang ditawarkan bank papan atas bagi nasabah deposito, sangat pantas untuk diwaspadai.

Pengalaman selama ini sudah membuktikan, investasi yang too good to be true itu adalah investasi ilegal atau lebih dikenal masyarakat sebagai investasi bodong.

Banyak orang yang tak lagi berpikir logis, begitu seorang influencer memberi contoh, betapa investasinya cepat sekali berlipat ganda.

Karena mereka mungkin berpikir, influencer tersebut tak mungkin berbohong. Sehingga, banyak orang yang tidak lagi berpikir panjang, dan segera mengikuti jejak sang influencer.

Apa buktinya bahwa tahun 2022 merupakan tahun keemasan perusahaan investasi ilegal, sekaligus tahun terpahit bagi para investornya?

Data dari Satgas Waspada Investasi (SWI) telah mengungkapkan semuanya, seperti yang diberitakan oleh Investor.id (20/12/2022).

Sungguh tak terbayangkan, ternyata jika diakumulasikan total kerugian para nasabahnya, dahsyat sekali dampak negatif dari investasi bodong. 

Sepanjang tahun 2022, SWI mencatat total kerugian masyarakat akibat investasi ilegal mencapai Rp 112,2 triliun.

Ini merupakan lonjakan yang sangat berlipat-lipat jika dibandingkan dengan data kerugian beberapa tahun sebelumnya.

Pada tahun 2018 jumlah kerugian "hanya" Rp 1,4 trilun. Kemudian secara berturut-turut untuk 2019, 2020, dan 2021, adalah sebesar Rp 4 triliun, Rp 5,9 triliun, dan Rp 2,54 triliun.

Parahnya, sekarang yang jadi korban bukan hanya ibu-ibu rumah tangga atau bapak-bapak yang sudah punya pekerjaan, tapi juga menyasar para mahasiswa.

Tentu masih segar dalam ingatan kita tentang banyaknya mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang ikut menjadi korban.

Memang, anak muda sering terjangkit penyakit FOMO (fear of missing out). Maksudnya, takut ketinggalan. Kalau seorang temannya ikut, yang lain akan takut bila tidak ikut.

Di lain pihak, bagi pihak yang ingin membuka usaha investasi ilegal, dengan bantuan teknologi informasi sangatlah gampang.

Sekarang sangat mudah membuat apliksi, web, dan melakukan penawaran melalui media sosial. 

Selain itu, banyak server yang berbasis di luar negeri yang belum memenuhi aspek legalitas yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Jadi, cukuplah pengalaman pahit sepanjang 2022 tersebut kita jadikan sebagai pelajaran yang amat mahal.

Mari kita masuki tahun 2023 dengan kecerdasan finansial yang makin meningkat. Salah satunya adalah dengan mewaspadai dan tidak terjebak investasi bodong.

Paling tidak, seperti yang dipaparkan Sekretariat SWI Wahid Hakim Siregar, ada 5 ciri dari investasi ilegal yang harus dihindari masyarakat.

Pertama, menjanjikan keuntungan yang sangat besar dalam jangka waktu cepat. 

Ingat, dalam kondisi suku bunga yang naik sekarang ini, deposito bank masih sekitar 4 hingga 5 persen per tahun.

Wajarkah, bila ada yang menawarkan imbalan sebesar 10 persen per bulan, atau bahkan 1 persen per hari? Sangat tidak masuk akal.

Kedua, menjanjikan bonus dari perekrutan anggota baru yang lazim disebut member get member.

Ketiga, memanfaatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, atau public figure. Influencer termasuk juga dalam hal ini.

Keempat, mengklaim investasi yang ditawarkan tanpa risiko, padahal semua ada risikonya. 

Bahkan, investasi legal pun ada risiko, tapi relatif kecil dan mudah dimitigasi, karena diawasi OJK.

Kelima, aspek legalitas yang tidak jelas, dalam arti tidak jelas badan usahanya dan tidak memiliki izin usaha dari pihak yang berwenang.

Kesimpulannya, tak ada yang namanya jalan pintas untuk jadi kaya. Gigih bekerja di bidang masing-masing menjadi kata kunci kesuksesan.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun