Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Megawati Ikhlas Jika Ganjar Diboyong KIB?

12 Desember 2022   14:11 Diperbarui: 12 Desember 2022   14:28 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin apa yang dipikirkan saat ini oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, sangat berat. Maksudnya, tidak gampang bagi beliau untuk mengambil keputusan.

Tentu, hal yang berat tersebut berkaitan dengan siapa kader PDIP yang akan diusung sebagai capres untuk berkompetisi di Pilpres 2024 mendatang.

Posisi PDIP sebagai partai politik (parpol) yang terbesar di tanah air, jelas ikut berpengaruh juga. Apa yang diputuskan PDIP akan menjadi sorotan parpol lain, selain jadi sorotan publik.

Sudah dua kali pilpres secara berturut-turut dimenangkan PDIP, sehingga mendudukkan kader terbaiknya, Joko Widodo, menjadi orang nomor satu di negeri ini selama 2 periode.

Nah, tak berlebihan jika PDIP berharap akan mencetak hattrick, tiga kali kemenangan secara beruntun.

Maka, yang akan diusung tentu kader yang sudah diperhitungkan dengan matang dan diyakini akan unggul dari capres yang diusung parpol lain.

Sebetulnya, ada alat ukur yang bisa digunakan sebagai prediksi seberapa besar tingkat keterpilihan (elektabilitas) tokoh-tokoh yang berpotensi menjadi capres.

Alat ukur dimaksud adalah hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga secara periodik. Agar hasilnya objektif, sebaiknya menggunakan lembaga survei yang independen.

Salah satu lembaga survei yang bisa dipercaya adalah yang dilakukan oleh Tim Litbang Kompas, yang menjadi bagian dari Harian Kompas, koran terbesar di Indonesia.

Pada Oktober 2022 lalu, survei Litbang Kompas masih menempatkan kader PDIP yang juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sebagai yang tertinggi elektabilitasnya.

Seharusnya, hasil survei di atas sangat menguntungkan bagi PDIP. Megawati tak perlu lagi berlama-lama mengambil keputusan.

Mengusung Ganjar menjadi pilihan yang paling realistis untuk mencetak hattrick. Tapi, tak semua unsur pimpinan DPP PDIP yang mendukung Ganjar.

Justru sebagian pimpinan lebih menjagokan Puan Maharani, putri tercinta Megawati yang sepertinya memang sudah disiapkan untuk menerima estafet kepemimpinan dari Megawati.

Estafet tersebut bisa menjadi Ketua Umum PDIP kelak, dan bisa pula diperjuangkan untuk menjadi Presiden RI seperti yang dulu pernah diduduki Megawati.

Jelaslah, tidak mudah bagi Megawati menetapkan pilihan, Ganjar atau Puan, meskipun akar rumput PDIP diperkirakan mendukung Ganjar.

Soalnya, Puan bukannya tak berpeluang. Dengan posisinya sebagai Ketua DPR RI, Puan masih punya waktu untuk mendongkrak elektabilitasnya.

Apalagi, Puan mulai menerapkan gaya yang simpatik. Kalau dulu Puan terlihat berseberangan dengan Ganjar, sekarang mulai terlihat mesra.

Dengan aksi simpatik, masyarakat yang sebelumnya mungkin kurang menyukai Puan, bisa mulai berbalik menyukai.

Tapi, kemesraan itu boleh jadi sebagai pertanda positif bagi Ganjar, bahwa DPP PDIP sudah memberi lampu hijau bakal mengusung Ganjar.

Perlu diketahui, Puan juga termasuk jajaran pimpian PDIP, karena menjadi Ketua Bidang Politik dan Keamanan.

"Merangkul" Ganjar memang penting bagi PDIP, mengingat parpol lain sudah banyak menyatakan keinginannya untuk meminang Ganjar.

Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) disebut-sebut oleh media massa sebagai pihak yang paling kesengsem dengan si rambut putih itu. KIB adalah kerjasama 3 parpol, yakni Golkar, PAN, dan PPP.

Pertanyaannya, apakah Megawati ikhlas bila nantinya KIB secara resmi mengusung Ganjar?

Bisa jadi Megawati tidak akan ikhlas. Tapi, pada akhirnya tinggal soal keberanian Ganjar untuk hengkang, bukan semata soal ikhlas tidaknya Megawati.

Jika akhirnya PDIP mengusung Puan Maharani, sedangkan KIB mengusung Ganjar, diduga akan membuat PDIP terbelah.

Apalagi, kalau misalnya Jokowi meng-endorse Ganjar. Sangat diperlukan keputusan yang bijak dari Megawati, agar semua komponen di PDIP tetap kompak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun