Tentu, dengan senang hati saya menambah uang yang tadi akan saya masukkan ke kotak, karena ada ongkos menyemir.
Tapi, saya juga berpikir bahwa yang dilakukan si penjaga itu boleh dikatakan bersifat spekulatif atau untung-untungan.
Soalnya, si penjaga tidak minta izin pemilik sepatu untuk menyemir, hanya atas inisiatif sendiri.
Sekiranya orang yang punya sepatu tak mau membayar jasa penyemiran, si penjaga tidak bisa apa-apa. Ini yang namanya "risiko bisnis".
Harapan si penjaga tentu akan banyak jamaah yang memberi uang ala kadarnya atau seikhlasnya.Â
Sebetulnya, banyak juga ditemui anak-anak penyemir sepatu (bukan penjaga titipan sandal) yang mangkal di dekat tempat penitipan.
Biasanya, anak tersebut akan bertanya kepada jamaah yang akan menitipkan sandal, apakah mau disemirkan sepatunya.
Kalau ditanya seperti itu, banyak jamaah yang menggelengkan kepala, artinya menolak tawaran si anak.
Itulah makanya, kenapa si penjaga sandal musala itu tadi diam-diam saja menyemirkan sepatu "pelanggan"-nya. Kalau ditanya terlebih dahulu, khawatir tak ada yang mau.
Nah, apa pelajaran yang dapat dipetik, terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam menjual barang atau memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Hikmahnya adalah, penting kiranya untuk memberikan kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan hati pelanggan.