Pertama, China yang dulunya pernah punya "kebijakan satu anak" pada 1980, kemudian berubah jadi dua anak, dan sejak 2015 berubah lagi jadi tiga anak.
Meskipun China hingga sekarang masih negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, namun pemerintahnya khawatir jumlah tenaga kerjanya menyusut bila masih membatasi kelahiran.Â
Lagipula, berdasarkan statistik laju pertumbuhan penduduk, diperkirakan China nanti akan dikalahkan oleh India.
Kedua, Rusia mengambil kebijakan yang lebih ekstrim gara-gara krisis demografis akibat pandemi. Presiden Putin menawarkan uang kepada perempuan yang punya anak 10 atau lebih.
Ketiga, Singapura yang pemerintahnya memberikan dana cukup menggiurkan bagi warganya yang punya 3 anak atau lebih.
Singapura juga cukup cerdik, menambah penduduk dan juga agresif memperluas lahan melalui program reklamasi.
Keempat, Jepang yang menghadapi masalah pelik karena banyak warganya enggan menikah. Makanya, dibuat program "mak comblang", memberi cuti hamil berbayar dan tunjangan melahirkan.
Begitulah, tampaknya laju pertumbuhan penduduk akan timpang antara negara yang membatasi kelahiran dibandingkan negara yang mendorong banyak kelahiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H