Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kecil tapi Kaya, Betulkah Qatar Tak Layak Tuan Rumah Piala Dunia?

11 November 2022   06:39 Diperbarui: 11 November 2022   06:44 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru kali ini terdengar adanya pengakuan kesalahan dalam mengambil keputusan untuk memilih negara yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Sepp Blatter, mantan Presiden FIFA, mengakui bahwa keputusan memilih Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah sebuah kesalahan.

Qatar terlalu kecil untuk ajang sebesar Piala Dunia atau Piala Dunia terlalu besar untuk Qatar, demikian kata Sepp Blatter.

Memang, dilihat dari jumlah penduduk yang hanya sekitar 2,8 juta jiwa, Qatar tergolong sebagai negara kecil.

Luasnya pun hanya lebih kurang seluas Pulau Bangka. Tidak kecil-kecil amat karena sekitar dua kali lipat dari luas negara Brunei Darussalam.

Ingat, Brunei untuk menjadi penyelenggara SEA Games saja pada 1999, perlu usaha keras untuk menghadirkan acara yang kolosal seperti pada pembukaan dan penutupan.

Bukan ketiadaan dana, karena Brunei negara kaya. Tapi, soal kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk acara multievent seperti SEA Games.

Nah, mungkin Sepp Blatter merasa Qatar juga kekurangan dari sisi SDM-nya. Padahal, Qatar punya banyak SDM dari berbagai negara yang bekerja di sana.

Apalagi, dengan kekayaannya yang berlimpah bersumber dari minyak dan gas bumi, Qatar sangat percaya diri saat mengajukan permohonan sebagai tuan rumah Piala Dunia.

Permohonan itu tidak sia-sia, karena Qatar akhirnya terpilih dan sekaligus mencatatkan diri sebagai negara terkecil yang pernah jadi tuan rumah Piala Dunia.

Saking kecilnya, jarak antara satu stadion ke stadion lain yang sama-sama jadi tempat pertandingan, relatif dekat.

Sehingga, sangat memungkinkan bagi penonton untuk menonton lebih dari satu pertandingan pada hari yang sama.

Hal tersebut sangat berbeda dengan Piala Dunia 2018 di Rusia, di mana jarak antar kota tempat pertandingan berlangsung berjauhan, harus dicapai dengan pesawat terbang.

Di kawasan Timur Tengah, negara yang paling maju, penuh gedung pencakar langit, dan terbuka menerima budaya asing, adalah Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA).

Qatar bersaing ketat dengan UEA dalam berbagai hal, khususnya menggaet kedatangan wisatawan asing dan menjadi hub dalam penerbangan internasional.

Tak heran, maskapai penerbangannya pun bersaing ketat. Emirates dan Etihad dari UEA melawan Qatar Airways.

Tapi, pada bulan November-Desember 2022 ini, Qatar unggul mutlak dari UEA karena menjadi pusat perhatian dunia. 

Qatar telah siap menyambut sekitar 1,2 juta pengunjung Piala Dunia, termasuk menyiapkan penginapan yang bersifat massal dan murah bagi suporter sepak bola dengan budget pas-pasan.

Namun demikian, UEA pun harus berterima kasih kepada Qatar, karena hotel dan destinasi wisata di sana akan kecipratan rezeki.

Soalnya, para penonton Piala Dunia berkemungkinan akan memanfaatkan waktu luang untuk main ke Dubai dan Abu Dhabi, dua kota terbesar di UEA.

Kembali ke soal pemilihan Qatar sebagai tuan rumah, tentu saja semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan sepak bola turnamen paling akbar tersebut punya PR yang tidak ringan.

PR dimaksud adalah membuktikan bahwa Qatar memang layak sebagai tuan rumah dan FIFA bukan salah dalam mengambil keputusan.

Caranya dengan mewujudkan Piala Dunia 2022 meraih kesuksesan, apalagi kalau tercatat dalam sejarah sebagai piala dunia tersukses. 

Semua pertandingan berjalan lancar, penonton ramai dari berbagai penjuru dunia, dan secara bisnis menguntungkan bila sponsor melimpah.

Belahan dunia manapun akan merasakan kegairahan yang sama bila banyak stasiun televisi yang membeli hak siar.

Indonesia saja yang tak ikut bertanding, diperkitakan akan ikut berpesta melalui semaraknya acara nonton bareng (nobar).

Yang jelas, terlepas dari tudingan perlakuan yang kurang baik pada buruh bangunan, faktanya Qatar sukses membangun sejumlah stadion baru yang megah serta fasilitas pendukung lainnya.

Akan diapakan stadion tersebut sesudah gelaran Piala Dunia, biarlah dipikirkan oleh pemerintah dan dunia usaha di sana. .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun