Soal-soal yang dijadikan PR tidak jauh berbeda dengan contoh yang saya catat di kelas. Yang penting mengerti penggunaan rumus, PR bisa diselesaikan.
Suatu kali (saya lupa entah karena apa), saya tidak mengerjakan PR Aljabar. Begitu Bu Rosna masuk kelas saya langsung ketakutan.
Soalnya, pasti beliau akan menyuruh masing-masing murid memperlihatkan PR yang sudah dikerjakan di rumah.
Yang tidak membuat PR, akan dapat hukuman. Masing-masing diminta membuka telapak tangan, lalu Bu Rosna memukul telapak tangan dengan penggaris.
Sebetulnya sakit karena dipukul tidak begitu terasa. Tapi, malunya itu yang membuat saya gemetar.
Itulah satu-satunya pengalaman saya selama bersekolah mendapatkan hukuman fisik. Bagi beberapa teman saya, hukuman seperti itu jadi hal biasa.
Memang, cara guru-guru memberi hukuman fisik, dulu dianggap wajar. Seingat saya ada juga guru lain yang memeberi hukuman dengan berdiri di depan kelas
Hukuman berjemur di lapangan bagi murid yang tak ikut upacara bendera pada Senin pagi, juga hal yang lumrah waktu itu.
O ya, sebetulnya saya pernah punya guru kelas 6 SD yang juga pemarah, dan kebetulan juga bernama Rosna. Lengkapnya, Rosna Latab.
Tapi, bu Rosna ini kepada saya malah sayang, soalnya saya dinilai anak yang rajin dan berprestasi.
Saya tidak begitu mengetahui, apakah guru sekarang masih ada yang memberikan hukuman secara fisik seperti dulu.