Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP Tak Terpengaruh Elektabilitas Tinggi, Ganjar Gigit Jari?

17 Oktober 2022   05:14 Diperbarui: 17 Oktober 2022   06:41 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kode keras yang dilemparkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di sela-sela menghadiri acara Focus Group Discussion yang digelar di Sekolah Partai PDIP, Kamis (13/10/2022).

Hal tersebut diberitakan wartaekonomi.co.id, Sabtu (15/10/2022) yang intinya tentang penegasan Hasto bahwa PDIP tak terpengaruh dengan elektabilitas tinggi.

Tentu jelas apa konteksnya, yakni terkait siapa figur yang akan diusung oleh PDIP sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 mendatang.

Kode keras itu bisa jadi ditujukan pada Ganjar Pranowo dan para pendukungnya, karena politisi PDIP yang sekarang masih menjadi Gubernur Jawa Tengah itu, elektabilitasnya stabil tinggi.

Hasto memberikan bukti bahwa sejak dulu PDIP tidak terpengaruh dengan elektabilitas tinggi, seperti waktu mengusung calon gubernur.

Pertama, saat mendukung Joko Widodo sebagai cagub DKI Jakarta, elektabilitasnya menurut survei masih di bawah Fauzi Bowo.

Kedua, saat mendukung Ganjar Pranowo untuk periode pertama menjadi Gubernur Jawa Tengah, elektabilitasnya di bawah Sigit Waluyo.

Kalau dilihat dari referensi lain, justru elektabilitas kader PDIP lainnya, Rustriningsih, lebih tinggi dan difavoritkan menjadi gubernur ketimbang Ganjar.

Tapi, kembali ke pernyataan Hasto, kunci kemenangan PDIP terletak pada kerja kolektif dan mendorong daya terima melalui pergerakan mesin partai yang menyatu dengan rakyat.

Akankah Ganjar Pranowo terpaksa gigit jari? Bisa jadi memang begitu, atau paling tidak Ganjar harus siap mental bila nantinya PDIP tidak mengusungnya.

Kode keras Hasto tersebut juga bisa ditafsirkan bahwa meskipun elektabilitas Puan Maharani masih stabil rendah, tak ada masalah jika nanti Megawati memutuskan Puan sebagai Capres PDIP.

Memang, para responden survei sepertinya tidak melihat potensi Puan, padahal modal Puan sudah sangat komplit.

Betapa tidak, Puan bukan semata-mata putri dari seorang Megawati, Ketua Umum sekaligus pemegang hak prerogatif soal pencapresan di PDIP.

Puan juga pernah menjadi meteri koordinator selama 5 tahun dan sekarang jabatannya tak kalah bergengsi ketimbang presiden, yakni Ketua DPR-RI.

Sejumlah pengamat politik menyayangkan jika Puan yang diusung PDIP, karena dianggap akan "bunuh diri" bagi PDIP.

Justru, bila Ganjar yang diusung, sangat besar harapan PDIP mencetak hattrick, yakni tiga kali kemenangan di pemilu nasional secara berturut-turut.

Tapi, kembali ke kode keras Hasto, sepertinya pimipinan PDIP punya rasa optimis yang kuat, mendukung Puan juga akan membawa kesuksesan.

Soalnya, PDIP yakin mesin partainya akan solid dari atas ke bawah dan menyatu dengan suara rakyat yang mungkin selama ini tidak ter-sampling oleh berbagai survei.

Kembali ke soal nasib Ganjar, dengan elektabilitasnya yang tinggi, Ganjar sangat seksi di mata partai lain. Hal itu sesuatu yang tak dapat dipungkiri.

Masalahnya, kuat dugaan kalau Ganjar tidak punya keberanian untuk hengkang dari partai yang telah membesarkannya, PDIP.

Jika bagi politisi lain tidak ada rasa tidak nyaman untuk berpindah partai, Ganjar yang masih memegang etika berpolitik yang baik, tidak seperti itu.

Kalau begitu apakah nanti PDIP akan mengusung Puan-Ganjar dan berharap ada beberapa partai lain yang mau berkoalisi?

Atau, tanpa koalisi pun PDIP berhak mengusung calonnya sendiri, karena jumlah kursinya di DPR telah memenuhi syarat. Tapi, tentu lebih nyaman bila ada partai lain yang mau berkoalisi.

Pertanyaannya, apa ada partai lain yang mendekat jika pasangan capres-cawapres disapu bersih oleh PDIP?

Ya, bisa saja, terutama partai kecil yang tak punya kader yang populer dan tergiur iming-iming mendapatkan beberapa kursi menteri.

Bagaimana kelanjutannya? Politik itu dinamis, kita tunggu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun