Alhamdulillah, TBK sangat jelas road map-nya dan disusun setelah banyak sekali melakukan focus group discussion (FGD ) dari level direksi hingga level bawah.
FGD juga melibatkan semua divisi di kantor pusat serta perwakilan dari kantor wilayah, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu.
Dengan demikian, budaya kerja yang baru juga sinkron dengan perkembangan dari sisi teknologi serta perubahan struktrur organiasasi.
Beberapa tahun setelah itu, perusahaan relatif berhasil menarapkan budaya kerja baru yang terlihat dari perbaikan kinerja perusahaan yang berbasis dari akumulasi kinerja setiap karyawan.
Tidak saja target yang bersifat finansial (perolehan laba, total aset, dan sebagainya) yang terlampaui, tapi juga skor kepuasan pelanggan juga mengalami peningkatan drastis.
Perusahaan juga cukup berani menaikkan gaji dan bonus karyawan, tapi juga diiringi dengan kenaikan target yang tinggi.
Secara periodik setiap unit kerja melakukan Forum Peningkatan Kinerja (FPK), di mana sambil rekreasi, setiap karyawan bebas mengeluarkan uneg-unegnya, termasuk mengkritik atasan demi perbaikan kinerja.
Jadi, menurut saya, melakukan transformasi budaya korporat memang perlu bertahap dan melibatkan semua stakeholder.
Transformasi yang terlalu drastis, meskipun sangat visioner, akan membuat para karyawan kesulitan mengaplikasikannya, dalam arti kurang realistis.
Tapi, terlalu "menginjak bumi" dan lupa kalau perusahaan lain sudah sampai ke "bulan", akan membaut perusahaan kehilangan daya saingnya.
Bagi pembaca yang berminat, ada baiknya mempelajari secara lengkap dari buku karya Merza Gamal di atas.Â