Ya, mengingat jumlah korban yang demikian banyak, yang hingga sekarang tercatat 131 orang tewas, belum lagi yang masih dirawat di rumah sakit, aksi simpatik polisi itu memang tepat momennya.
Tentu, jumlah korban dimaksud adalah dampak kerusuhan yang disebut dengan Tragedi Kanjuruhan, yang terjadi seusai laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) lalu.
Pihak kepolisian merupakan salah satu pihak yang diduga melakukan kelalaian atau tindakan berlebihan saat mengamankan para suporter Arema.
Yang disorot terutama tentang penggunaan gas air mata yang sebagian di antaranya telah kedaluwarsa, yang menyebabkan banyak penonton buru-buru meninggalkan stadion dengan berdesak-desakan.
Di lain pihak, akses menuju pintu keluar yang terhambat, menyebabkan bergelimpangannya para korban yang mengalami sesak nafas.
Kapolri sendiri sudah mengambil tindakan tegas terhadap pihak yang diduga terlibat melakukan pelanggaran.
Ada polisi yang ditetapkan sebagai tersangka, ada pula yang dimutasi menjadi staf (tidak memegang jabatan struktural lagi).
Terakhir, pejabat kepolisian tertinggi di Jawa Timur dicopot dari jabatannya sebagai Kapolda. Pejabat tersebut adalah Irjen Nico Afinta yang dimutasi menjadi Staf Ahli Sosbud Kapolri.
Adapun yang menggantikan Nico adalah Teddy Minahasa Putra yang sebelumnya menduduki jabatan Kapolda Sumatera Barat.
Semoga Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) bisa segera menuntaskan investigasi yang dilakukannya, sehingga semakin jelas apa penyebab utama tragedi maut itu.
Siapa pun yang bersalah harus mendapatkan hukuman sesuai ketentuan hukum di negara kita. Dan yang lebih penting lagi, semoga ke depan tidak terjadi lagi tragedi serupa.