Kami menyebutnya "Pecel Bibik". Dugaan saya karena ibu penjual pecel adalah istri seorang prajurit asal Jawa, makanya dipanggil bibik.
Ya, begitulah, rata-rata produk usaha kecil memang masih sangat sederhana tampilannya, tanpa label dan tanpa nama atau tanpa merek.
Ternyata dari zaman saya kecil dulu hingga sekarang masih saja ada produk tanpa nama, padahal produk tersebut punya prospek bagus.
Apakah mereka tidak serius berbisnis? Ya, ada yang begitu, biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga karena sekadar pengisi waktu.
Itulah yang dilakukan ibu saya dulu, yang memang tidak diniatkan untuk menjadi usaha yang maju.
Justru bila tiba-tiba banyak yang memesan kacang tojin, bisa jadi ibu saya kewalahan dan tugas sebagai ibu rumah tangga akan berantakan.
Tapi, sangat disayangkan bila mereka yang berniat serius berbisnis, namun terkesan setengah hati karena tidak memberi nama produk.
Kira-kira apa alasan pelaku usaha tidak atau belum memberi nama produknya? Ini beberapa kemungkinannya.
Pertama, karena kurangnya dana. Untuk mencetak nama yang akan ditempelkan pada kemasan produk, tentu butuh biaya.
Kedua, tidak paham arti pentingnya nama produk. Mereka yang seperti ini merasa asal barang sudah ada pelanggannya, ya sudah cukup.