Kebetulan halaman rumah teman saya itu relatif luas, sehingga ia memutuskan acara resepsi berlangsung di rumahnya sendiri.
Hanya saja, dengan pakai tenda (termasuk kursi untuk tamu dan dekorasinya) lumayan mahal juga, dan tenda sudah didirikan beberapa hari sebelum hari resepsi.
Tampaknya biaya tenda pun tidak beda jauh dengan sewa gedung. Masalahnya, sewa gedung hanya untuk beberapa jam saja, dan kurang guyub.
Kalau pakai WO, semuanya menjadi tanggung jawab WO termasuk mencari vendor pernikahan yang menyediakan barang atau sarana seperti yang dimaui pengguna jasa WO.Â
Dengan dilakukan sendiri, teman saya pontang panting mencari vendor untuk penyediaan tenda, vendor pelaminan, dan vendor lainnya yang berkaitan dengan resepsi pernikahan.
Teman saya memang tidak memakai vendor katering, karena yang memasak digarap secara ramai-ramai oleh familinya.
Tapi, itu tadi, biaya bahan dapur tetap mahal, apalagi "memberi makan" para famili selama 10 hari.
Jadi, konsep guyub sekarang sudah berbeda dengan yang berlaku di kampung-kampung zaman dulu.Â
Ketika itu famili dan tetangga gotong royong bekerja dan masing-masing membawa sesuatu. Ada yang menyumbang beras, kelapa, bahan makanan, meminjamkan peralatan, dan sebagainya.
Kalau sekarang, guyubnya ya seperti pengalaman teman saya itu. Ramai-ramai bekerja, tapi soal biaya ya tetap besar.