Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bukan Mistis, Kisah Stasiun Kereta Paling Sepi di Dunia

29 September 2022   16:32 Diperbarui: 29 September 2022   16:34 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun paling sepi di dunia, dok. detik.com/facebook CCTV News.

Indonesia pantas bersyukur dengan terpeliharanya banyak bangunan stasiun kereta api peninggalan era kolonial. Bangunan tersebut sekarang punya nilai sejarah yang sangat berharga.

Tapi, jangan lupa, sejumlah stasiun sudah berubah fungsi, karena tidak dipakai lagi. Bisa jadi karena stasiun tersebut tidak lagi dilalui kereta api.

Tentu banyak pertimbangan kenapa rute kereta api tertentu terpaksa ditutup. Bisa jadi karena minat warga sekitar yang rendah dan lebih memilih moda transportasi lain.

Bagi sebagian warga Sumbar yang lahir sebelum tahun 1970-an, mungkin masih punya memori kereta api. Soalnya, hingga saat itu, kereta api masih beroperasi yang menghubungkan beberapa kota.

Contohnya, jalur Payakumbuh-Bukittinggi-Padang Panjang, rutin dilalui kereta api berbahan bakar batubara. Jadi, bila kereta lagi jalan, asap hitamnya akan membumbung tinggi.

Namun, ketika warga akhirnya memilih naik kendaraan umum jenis mobil colt yang melayani rute Payakumbuh-Bukittinggi, kereta api pun ditinggalkan penumpang.

Betapa tidak, dengan mobil colt, jarak Payakumbuh-Bukittinggi sejauh 33 km bisa ditempuh selama 45 menit. Sedangkan dengan kereta api membutuhkan sekitar 2 jam 30 menit.

Jangan bayangkan  kereta api batubara seperti kereta api yang sekarang beroperasi yang mampu bergerak kencang. 

Buktinya, kereta api yang melayani Padang-Pariaman dan Padang-Bandara Internasional Minangkabau yang sekarang beroperasi, cukup diminati masyarakat.

Mudah-mudahan kereta sejenis bisa dioperasikan denga membuka kembali jalur Payakumbuh-Bukittinggi.

Baik, kita lanjut ke kisah lain. Di stasiun peninggalan Belanda yang relatif sepi, biasanya ada saja kisah mistis yang oleh sebagian masyarakat setempat dipercayai karena ada "penunggu"-nya.

Tapi, ada kisah yang kiranya pantas dicermati oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), bahwa di Jepang, meskipun di sebuah stasiun hanya ada seorang penunggu, stasiun itu tetap dioperasikan.

Namun, penunggu yang dimaksud adalah manusia biasa, seorang pelajar di sebuah sekolah. Jadi, ini sama sekali bukan kisah mistis. 

Nama penumpang tersebut Kana Harada yang tinggal di Shirataki, sebuah daerah yang hanya dihuni 36 orang warga saja.

Nah, stasiun kereta Shirataki dinobatkan sebagai stasiun yang paling sepi di dunia, karena hanya Harada satu-satunya penumpang yang naik kereta di sana setiap pagi.

Kemudian, setiap sore ia pula menjadi satu-satunya penumpang yang turun di Stasiun Shirataki. Kondisi demikian terjadi pada tahun 2013 hingga 2016.

Seperti ditulis Tribunnews.com (12/1/2016) yang melansir dari The Telegraph, operator kereta api di Jepang, Hokkaido Railway, mengakui bahwa hal tersebut membuat mereka bangkrut.

Tapi, pihak Hokkaido mengatakan bahwa setelah Harada lulus sekolah, mereka tak kan lagi berhenti di stasiun tersebut.

Begitulah bagaimana operator kereta api bekerja secara sungguh-sungguh melayani penumpangnya, tanpa terlalu memperhitungkan soal kerugian.

Perlu diketahui, memang ada pendapat dari para pemerhati transportasi publik, bahwa untuk perusahan kereta api bukan keuntungan finansial yang diutamakan. 

Namun, fungsi pelayanan publiknya yang harus dikedepankan. Itulah pelajaran yang diperlihatkan dari kisah stasiun tersepi di atas.

Jadi, jika di Indonesia sudah banyak stasiun yang ditutup, agaknya perlu diteliti, apakah betul-betul tidak ada warga di sekitar stasiun itu yang membutuhkan kereta api?

Tapi, bagaimanapun juga, KAI sebagai perusahaan operator kereta api di negara kita pantas untuk diapresiasi.

Sejak dinakhodai Ignatius Jonan (2009-2014) dan dilanjutkan oleh para penggantinya, KAI sudah menuai untung dan pelayanannya pun semakin oke. Jaya selalu PT KAI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun